Dalam Lift

Dalam Lift
0 Komentar

Oleh: Dahlan Iskan

Akhirnya ada dua orang di luar Tiongkok yang meninggal karena virus Wuhan. Satu di Filipina, satunya lagi di Hongkong.

Dua-duanya asal Tiongkok. Dua-duanya dari Provinsi Hubei yang ibu kotanya Wuhan.

Terbukti pula jumlah yang meninggal itu sekitar 2 persen dari yang tertular. Prosentase itu tidak pernah berubah. Jumlah yang tertular memang terus bertambah. Sudah melebihi SARS 18 tahun lalu.

Yang meninggal juga sudah lebih setengah korban SARS. Bahkan khusus untuk Tiongkok yang meninggal sudah melebihi SARS.

Hanya saja 80 persen yang meninggal itu ada di kota Wuhan –tempat ikan dan binatang liar dijual di salah satu pasar basah di sana.

Angka menarik lainnya: 80 persen yang meninggal usianya di atas 60 tahun. Dan mereka itu orang yang selama itu sudah punya sakit penafasan atau gula darah.

Angka-angka itu membuat kepanikan agak mereda. Selama ini begitu paniknya. Sampai masker penutup mulut habis di mana-mana. Teman-teman saya di sana sampai minta saya mengirim masker dari Indonesia.

Yang juga berhasil meredakan kepanikan adalah penjelasan tertulis Profesor Kenneth Tsang. Ia ahli penyakit penafasan di Hongkong.

Kenneth Tsang membuka praktek di Hongkong tapi syaratnya banyak: hanya untuk orang yang sudah bikin janji sebelumnya. Tarifnya Rp 4 juta sekali ketemu.

Ia dokter yang larisnya bukan main.

Tulisan Profesor Kenneth menyinggung soal masker itu. Khususnya siapa yang sebenarnya wajib memakai masker.

”Yang harus memakai masker itu adalah orang yang terkena virus,” tulisnya.

Yakni agar kalau orang itu batuk, percikan air liurnya tidak ke mana-mana.

Sang profesor juga mengingatkan virus Wuhan tidak menular sembarangan. Untuk bisa menular, virus dari binatang atau orang lain itu harus masuk sampai ke dalam alat penafasan kita.

Misalnya kita bersentuhan dengan orang yang menderita virus. Itu tidak otomatis tertular.

Misalkan penderita itu mencipratkan air liurnya ke bagian tangan. Lalu kita menyenggol tangannya. Dan virus yang ada di liurnya pun pindah ke tangan kita. Itu pun belum tentu menularkan virus. Asal kita tidak memindahkan virus itu dari tangan kita ke mulut, hidung, atau mata kita. Misalnya karena secara reflek kita mengusapkan tangan itu ke mulut, hidung, atau mata.

0 Komentar