Jualan 100 Dolar

Jualan 100 Dolar
0 Komentar

Oleh: Dahlan Iskan

Yang merasa puas dengan terbunuhnya Jenderal Qassem Soleimani diminta menyumbang. Tiap orang 100 dolar.

Itulah salah satu cara Donald Trump mengumpulkan dana untuk kampanye. Agar terpilih lagi sebagai presiden Amerika Serikat.

Serangan drone yang dilancarkan Amerika ke jenderal Iran di ibukota Irak itu memang memuaskan pendukungnya.

Hanya puas?

Baca Juga:Iuran Tetap, Manfaat BPJAMSOSTEK MeningkatPemda Subang Bahas Kerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta

Jangan sampai. Harus ada harganya. Trump harus lebih pinter dari rumah makan Padang — “Kalau puas beritahu teman-teman”.

Bagi Trump, “kalau puas harus bayar dong.”

Itulah salah satu kelemahan demokrasi di Amerika. Setiap menjelang Pilpres harus ada yang diserang. Untuk memuaskan publik calon pemilih.

Terutama kalau yang nyapres adalah incumbent. Dan posisi politiknya lagi perlu penguatan.

Maka jenderal yang dulu membantu Amerika itu pun jadi korban. “Mestinya itu sudah dilakukan dulu-dulu,” ujar Trump –seperti ingin menyatakan bahwa ia lebih hebat dari presiden sebelumnya.

Tidak hanya Iran yang bisa jadi barang dagangan pemilu seperti itu. Juga Tiongkok.

Penandatanganan perjanjian dagang tahap satu dengan Tiongkok Rabu lalu juga dijual habis oleh Trump.

“Baru sekali ini ada Presiden Amerika yang bisa membuat Tiongkok duduk di meja perundingan,” ujar Trump.

Baca Juga:SK Pengakuan Utang Dikeluarkan Minggu DepanPDIP Bantu Korban Banjir, Bantu Daerah Terdampak

Itu memang betul. Tapi mengapa saya belum mau segera menuliskan hasil perundingan itu?

Saya masih harus menunggu berapa dolar sumbangan kampanye yang diminta dari kepuasan publik yang satu ini.

Hampir saja Trump juga jualan Korea Utara. Tapi nilai Kim Jong-un mungkin hanya dianggap satu dolar.

Bagi Tiongkok hasil perjanjian tahap satu itu masih dianggap win-win. Tiongkok memang harus menambah pembelian produk Amerika senilai USD 200 miliar. Selama tahun 2020 dan 2021.

Tapi barang-barang itu memang yang sangat diperlukan Tiongkok. Misalnya kedelai.

Maka begitu tanda-tangan dilakukan oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, kesibukan Tiongkok bukan berpikir dari mana mencari uangnya.

Dana, ia punya. Yang diutang Amerika saja lebih USD 1 triliun.

Yang membuat Tiongkok kepikiran adalah: impor barang serupa dari mana yang harus dikurangi.

Itu yang membuat rekan-rekan dagang Tiongkok was-was. Maka Tiongkok pun sibuk menenangkan mereka. “Perjanjian dengan Amerika ini tidak akan mengganggu hubungan kita selama ini,” begitu penjelasan resmi Tiongkok.

0 Komentar