Ketika Erika Ingin Wortel Yang Pendek

Ketika Erika Ingin Wortel Yang Pendek
0 Komentar

oleh Dahlan Iskan

”Tidak takut nih naik Lion?,” tanya saya. Selasa pagi kemarin. Sehari setelah kejadian Lion jatuh di laut. Utara Karawang.

”Bismillah saja,” jawab Erika Eriyanti. Petani cerdas dari Batu, Malang. ”Ini kan paket. Bersama teman-teman ini,” tambahnya.

”Saya juga naik Lion kok,” kata saya. ”Ini, bersama istri. Mau ke Samarinda,” kata saya lagi. Sambil memperkenalkan istri saya. Yang asli Samarinda.

Baca Juga:Pabrik PT Dada Tutup, Ribuan Buruh Turun Ke JalanRibuan Pohon Siap Ditaman, Dukung Program Citarum Harum

”Oh ini ibu yang pandai masak itu ya,” ujar Lukman Afandy, yang mimpin rombongan petani Batu itu.

”Dari mana tahu?,” tanya saya.

”Saya baru baca postingan Ricky Elson. Yang katanya baru dijamu masakan bu Dahlan. Rendang kambing,” katanya.

”Terinspirasi pak William Wongso. Yang bisa bikin rendang unta,” kata istri saya.

Rombongan Erika itu lagi mau ke Berastagi, Sumut. Ingin melihat petani holtikultura di sana. Bagaimana bisa tanam wortel jenis baru. Yang seperti wortel impor.

”Harga jual wortel Berastagi itu bagus banget. Hampir dua kali lipat wortel kami di Batu,” ujar Erika.

Alam Berastagi mirip batu. Sama tingginya. Sama sejuknya.

Mereka belum tahu wortel Berastagi itu jenis apa. ”Kami menyebutnya wortel pendek,” katanya. ”Wortel kami panjang-panjang,” tambahnya.

Harga wortel pendek bisa Rp 13 ribu/kg. Sedang wortel Batu hanya Rp 7 ribu. Harga saat ini. Di lokasi kebun.

Baca Juga:Jaminan Kesiapan Siswa Hadapi Revolusi Industri 4.0Siapkan 45 Ribu Nasi Bungkus per Hari, Disiapkan untuk 10 Hari Masa Pencarian

Erika tahu semua itu dari pedagang. Yang datang ke Batu. Ingin kulakan.

Tapi tidak ada petani Batu yang menanam wortel pendek. Tidak ada yang tahu jenis wortel ini. Padahal petani Berastagi sudah lama memasuki wortel pendek. Sejak lebih dua tahun lalu.

Dalam rombongan Lukman ini ada sekitar 10 orang. Ada yang dari lereng gunung Bromo. Suku Tengger. Yang bahkan belum bisa menanam wortel. Mereka hanya tahu menanam kentang. Seumur hidupnya. Sejak kakek-neneknya dulu.

Rombongan petani wortel asal Batu, Malang, berfoto bersama wartawan Disway.
Ada pemicu lain: pasar wortel Surabaya diserbu wortel pendek. Lama-lama pasar wortel panjang terdesak. Disrupsi juga sampai ke wortel.

Erika ingin sekali berubah. Ia bicara dengan Lukman. Cari sponsor. Agar bisa berangkat ke Medan. Lalu ke Berastagi. Selama ini para petani kentang-wortel sudah mencintai saprodi Bayer. Mereka ingin giliran Bayer membalas cinta mereka.

0 Komentar