Cegah Stanting sejak Dini, Dinas Kesehatan Galakan Program Germas

Cegah Stanting sejak Dini, Dinas Kesehatan Galakan Program Germas
KERJA SAMA: Ketua yayasan Pepeling Budi Hermawan menadatangani nota kesepakatan untuk menyosialisasikan program Germas kepada masyarakat yang disaksikan Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan dr Ahmad Nasuhi dan Plh Kasie Promkes Dede Badriyah. VERRY KUSWANDI/PASUNDAN EKSPRES
1 Komentar

SUBANG-Dinas Kesehatan Kabupaten Subang menggencarkan Gebyar Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) untuk menuju Indonesia Sehat. Setelah Gebyar Germas di Kecamatan Kasomalang, kali ini workshop kesehatan yang dilaksanakan di Tirta Alam Cibinong.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan dr H Ahmad Nasuhi mewakili kepala dinas memberikan pemaparan mengenai pentingan mencegah stunting sejak dini.

Pada kesempatan tersebut, dr H Ahmad Nasuhi mengatakan, dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 mencatat ada sekitar 9 juta anak stunting di Indonesia, meningkat dari 36,8% tahun 2007 ke 37,2% tahun 2013. “Indonesia merupakan negara terbesar kelima dengan jumlah anak stunting di dunia. Sebuah studi terkini di Indonesia menemukan, sebuah kombinasi sanitasi yang tidak layak dan kualitas air minum yang tidak aman merupakan faktor risiko stunting yang bermakna,” terangnya.

Baca Juga:PSI Gelar Bakti Sosial ke Panti Asuhan Amalia, Masih Ada Anak Yatim Tidak Punya KISRSUD Lega, BPJS Sudah Bayar Tunggakan Rp9,5 M

Stunting, dr Ahmad Nasuhi menjelaskan, merupakan kondisi panjang atau tinggi badan anak di bawah standar usia anak merupakan akibat dari kekurangan gizi jangka panjang karena kurangnya asupan dan infeksi penyakit berulang. Anak akan mengalami hambatanperkembangan mental, gangguan kecerdasan. Anak akan terlihat normal tetapi lebih pendek dari anak seusia lainya.

“Penyebab stunting ada dua faktor. Penyebab langsung, asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung, karena askesibilitas pangan, pola asuh, ketersediaan air minum atau sanitasi,” terangnya.

Akibat stunting, lanjutnya, gangguan pertumbuhan sejak dalam kandungan akan berakibat secara fisik, mental dan intelektual pada bayi yang dilahirkan. Anak perempuan yang stunting kelak berisiko melahirkan bayi berat badanlahir rendah (BBLR) dan juga stunting. Stunting menghambat perkembangan kognitif, prestasi di sekolah dan keberhasilan pendidikan anak. Stunting kelak menurunkan produktivitas anak pada usia dewasa, dengan penghasilan yang lebih rendah. Stunting pada anak telah terbukti berkorelasi bermakna dengan kejadian penyakit tidak menular (PTM) saat dewasa.

Pencegahan stunting, dr Ahmad memaparkan, pendekatan secara langsung atau intervensi gizi spesifik sejak dini. “Pada ibu hamil agar memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil, memeriksa kehamilan minimal empat kali, mendapat TTD, menjaga kesehatan. Pada bayi baru lahir, persalinan ditolong dokter atau bidan dan melakukan IMD, bayi diberi ASI saja, pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Bayi berusia 6 bulan sampai 2 tahun, mulai usia 6 bln diberi MP-ASI sampai 2 tahun, bayi dan anak dapat Vitamin A, imunisasi lengkap, pemantauan pertumbuhan , PHBS setiap rumah tangga,”paparnya.

1 Komentar