Harits Alfrido Dewanto, Pembuat Karya Fashionable dari Sampah Parpol

Harits Alfrido Dewanto, Pembuat Karya Fashionable dari Sampah Parpol
FASHION APK: Model mengenakan busana yang terbuat dari sampah alat peraga kampanye partai politik (parpol) jadi karya yang fashionable. JABAR EKSPRES
0 Komentar

Ingin Mengubah Sampah Digital Menjadi Karya Seni

Pesta demokrasi di Indonesia baru saja selesai. Seiring dengan pencoblosan pada 17 April. Ingar biangarnya berakhir. Kini, berganti dengan tumpukan sampah alat peraga kampanye (APK). Resah akan banyaknya sampah yang ada, Harits Alfrido Dewanto memanfaatkan limbah digital itu menjadi karya yang fashionable.

RIZKY AHMAD FAUZI, Depok

PANDANGAN Harits Alfadri Dewanto cukup tajam melihat banyaknya alat peraga kampanye (APK) di sepanjang jalan yang dilaluinya. Mulai dari Jalanan Raya Pondok Gede, Jatiwarna, Jati Asih, hingga Komplek Villa Nusa Indah, Bekasi. Di jalan-jalan yang dilaluinya itu, hampir tidak pernah pandangannya lepas dari APK.

Tahun ini memang menjadi pesta demokrasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, tahun ini pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) periode 2019-2024 dilakukan serentak.

Baca Juga:Pemkab Harus Tegas Tangani MirasDPRD Minta DKUPP Atasi Bank Emok

Dilakukannya pemilihan umum secara bersamaaan itu membuat sampah digital dari APK menumpuk. Sebab, tentu saja spanduk hingga baliho dari jualan calon terpampang di berbagai sisi-sudut jalan. Mulai di pinggir jalan, perempatan lampu merah, tiang listrik, hingga nyantol di pohon.

Saking seringnya melihat calon, dia mengaku sempat hafal siapa nama, partai, nomor urut, hingga bagaimana mimic senyum para calon. ”Ketika di jalan melihat pemandangan kiri-kanan, terlihat jelas bertumpuk baliho, poster, atau apapun seperti menyerupai tatanan kolase,” ungkapnya.

Tejet – sapaan akrab Harits Alfadri Dewanto- pun langsung teringat dengan pelajaran kuliah dulu. Dia merupakan alumnus desain komunikasi visual (DKV) Sekolah Tinggi Desain Interstudi.
Saat itu dalam pembuatan poster, spanduk, atau lainnya harus ada pernyataan dan poin utama.

”Tapi kok semua yang dili­hat itu poin utama ya? Malah jadi bingung mereka itu (pa­ra calon) siapa, tanpa perge­rakan bisa mesem di sana (APK),” ungkapnya.

Kegelisahan Tejet memun­cak ketika kampanye usai dan memasuki masa tenang pada 14 April. Dia merasakan ke­resahan ketika melihat bende­ra-bendera berlogo partai-partai beken yang terpampang. Apalagi APK itu juga melukai pohon-pohon pinggir jalan raya, menutupi lampu jalan, hingga menutupi jalur pejalan kaki. Menurut dia, menaruh atribut kampanye seperti itu mengganggu fungsi fasilitas umum dan juga mengganggu estetika umum.

0 Komentar