Jaga Persaudaraan di Tahun Politik

Jaga Persaudaraan di Tahun Politik
(foto atas), GALANG DUKUNGAN: Calon Presiden Jokowi melakukan selfie bersama ribuan pendukunganya usai melakukan konsolidasi dengan Tim Kampanye Daerah (TKD) dan relawan di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (25/11) lalu. (foto bawah), SAPA PENDUKUNG: Calon Presiden Prabowo Subianto menyapa ribuan pendukungnya dari kalangan buruh saat mengantarnya mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Selatan, Jumat (10/8).
0 Komentar

IPR Ingatkan Potensi Benturan Antar Pendukung

JAKARTA– Memasuki tahun 2019, masyarakat menghadapi tahun politik. Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini mengatakan pada tahun 2019 ini, Indonesia memasuki momentum berbeda dari tahun sebelumnya.

Pasalnya, pada tahun 2019, Indonesia akan melaksanakan pemilu raya di bulan April 2019 mendatang. “Semoga rakyat semakin objektif dalam memilih pemimpin yang terbaik, pemimpin yang mampu mewujudkan harapan dan membuat kondisi bangsa ini semakin maju dan sejahtera. Kita juga berharap penyelenggara pemilu, aparat dan birokrasi netral demi menjaga kokohnya demokrasi yang berkualitas,” pungkas Jazuli, Selasa (1/1).

Jazuli menilai dengan adanya kontestasi 2019 tersebut, efek domino dari pesta demokrasi itu memiliki dampak yang cukup luas selain sektor sosial ekonomi.

Baca Juga:Waspada! BMKG Rilis 14 Daerah Potensi Angin Kencang, Termasuk SubangHari Agung, Terdakwa Penipuan Giro Dituntut Tiga Tahun Penjara

“Pada saat ini, negara kita dapat mengevaluasi atau mengkritisi kinerja pemerintahan dan berharap agar ada perbaikan dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak,” ungkapnya.

Dirinya pun mencatat kondisi perekonomian sepanjang 2018 hingga tutup tahun–bahkan selama 4 tahun ini–stagnan di angka 5,0 persen. Itupun masih ditopang sektor konsumsi rumah tangga yang dominan. Selain itu, sumbangan terbesar masih di sektor non-treadable yang sedikit menyerap tenaga kerja seperti informasi, transportasi dan konstruksi. Sementara sektor treadable good seperti pertanian dan insdustri yang banyak menyerap tenaga kerja hanya tumbuh 3,14 persen dan 4,50 persen.

“APBN kita belum cukup sehat. Keseimbangan primer masih negatif. Beban hutang kita besar dan memberatkan keuangan negara. Pun untuk membayar bunga hutang kita harus gunakan hutang. Janji Presiden membuka 10 juta lapangan kerja baru nyatanya jauh dari tercapai. Hal hal seperti ini memicu dalam pemilu membuat semakin panas, ” pungkas politikus dari Dapil Banten ini.

Hal senada juga disampaikan oleh Pengamat Politik Ujang Komarudin. Ia memprediksi, kemungkinan benturan antar pendukung capres-cawapres akan terjadi di tahun 2019.

Namun ia yakin pihak berwajib akan bisa mengantisipasi persoalan-persoalan tersebut. Oleh karena itu diharapkan antar pendukung bisa dewasa dalam berpolitik. “Jangan hanya gara-gara Pilpres saling bermusuhan. Menjaga persaudaraan dan persatuan lebih penting dari sekedar Pilpres.Tak ada untungnya berkonflik,” paparnya saat dihubungi di Jakarta.

0 Komentar