Jualan Koran Sejak Tahun 1987, Tantangan di Era Digital

Jualan Koran Sejak Tahun 1987, Tantangan di Era Digital
MASIH BERTAHAN: Iin Sodikin (46) pedagang koran di Pamanukan yang berjualan sejak tahun 1987 untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Berita Lokal Daerah jadi Perhatian Pembaca

Bisnis media cetak di era media digital dan elektronik memliki tantangan cukup tinggi. Seiring dengan perkembangan kemudahan akses informasi, gaya hidup masyarakat yang serba instan juga turut berpengaruh. Bahkan, tantangan bisnis media tidak hanya dilamai perusahaan media cetka, namun juga dirasakan loper-looper koran.

LAPORAN: YOGI MIFTAHUL FAHMI, Pamanukan

Di Pamanukan, tak banyak loper Koran yang masih bertahan hingga saat ini. Salah satunya Iin Sodikin (46) yang sejak tahun 1987 telah berjualan Koran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Iin mengakui, saat ini bisnis koran tengah mengalami masa-masa yang cuup sulit. Hal itu turut juga dirasakanya sebagai ujung tombak pemasaran Koran hingga ke pembaca. “Saya jualan dari tahun 1987, tapi ramai-ramainya itu tahun 1992 sampai 2010 lah,” kata Iin saat diwawancarai Pasundan Ekspres kemarin (11/7).

Baca Juga:PT IBR Diminta Percepat Pulihkan KalimatiHadapi KPU, STAI Al-Muhajirin Bekali Mahasiswa

Iin menyebutkan, dahulu ia masih mampu menjual Koran dari belasan media lingkup nasional serta beberapa lokal. Namun saat ini, ia hanya menjual sebanyak 10 media cetak termasuk Pasundan Ekspres di dalamnya.

“Banyak dulu koranya, ga hanya Koran, ada juga tabloid dan majalah yang banyak peminatnya,” ucap Iin
Apalagi kata Iin, kalau sedang ada event sepakbola seperti Piala Dunia, Eropa atau saat Timnas Indonesia juga Persib Bandung main, banyak pembaca yang berburu Koran.

“Bisa dibilang dulu kan informasi olahraga, bola itu seminggu sekali. Jadi dulu itu banyak juga yang nyari Koran bola,” ucapnya.
Iin mengaku, meski ditengah masa sulit, omset dalam juaran Koran masih terbilang lumayan meski tidak besar. Menurutnya, jika saat masa jaya-jayanya Koran bisa mencapai Rp 700.000 per hari, kini omset Koran berkisar Rp 250.000 / hari.

“Ya memang turun, tapi lumayanlah buat saya, saya juga masih jalanin ini, mau kerja apalagi umur udah tidak muda lagi, tapi rezeki terus mengalir dan tidak ada yang tahu kan,” jelasnya.
Bedanya kata Iin, saat Koran sedang masa jaya, ia bisa menyisihkan penghasilanya untuk menggarap sawah yang ia sewa. Namun di situasi sekarang ini, kondisi tersebut berbeda. “Dulu pernah bisa nyawah saya, dari hasil jualan Koran. Jadi sewa sawah gitu,” bebernya.

0 Komentar