Kisah Tasdi Warga Gempol yang Selamat dari Gulungan Ombak Tsunami Banten

Kisah Tasdi Warga Gempol yang Selamat dari Gulungan Ombak Tsunami Banten
MASIH TRAUMA: Tasdi kedua dari kiri dan Kepala Desa Gempol Mayo serta aparatur desa saat menjemputnya di Kecamatan Sumur, Banten. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

“Harusnya Saya Mati Pertama”

Tasdi tak menyangka bisa selamat dari gulungan ombak saat tsunami Banten. Saat kejadian, nelayan asal Subang itu tengah berada di tengah laut memindahkan ikan. Bagaimana ia bisa selamat?

Tidak ada yang tidak mungkin manakala Tuhan yang Maha Kuasa telah berkehendak. Itulah kisah nyata yang dialami Tasdi.

Tidak hanya kisah selamatnya Tasdi, proses penjemputan Tasdi hingga bisa kembali ke kampung halamanya di Gempol juga menyimpan cerita. Perjalanan mencekam dengan bahaya tsunami susulan turut dirasakan kepala desa beserta staf dan keluarga yang datang pada dini hari untuk menjemput Tasdi.

Baca Juga:Pemkab dan Aqua Selamatkan Hulu DAS CipunagaraDibunuh Suami, Jasad Nita Dua Hari di Mobil

Menurut Tasdi, sebelum tsunami situasi di pantai terlihat begitu gelap. “Jam 6 sore itu ada awan hitam dari gunung, sebelum berangkat ke bagang itu di tengah laut liat asap hitam dari sana,” ungkapnya.

Tasdi melanjutkan, saat kejadian tsunami melanda Banten, ia sedang berada di tengah lautan seorang diri. Saat itu ia yang sehari-hari bekerja memindahkan ikan dari bagang yang berjarak ratusan meter dari bibir pantai.

“Jam 10 itu ombak datang, saya sedang di tengah laut mindahin ikan. Gotong ikan teri, ombak itu langsung ngegulung saya. Kegulung sama ombak, bambu, papan drum, semuanya,” jelas Tasdi.

Ia sendiri tidak menyangka bisa selamat dari ombak yang sudah menggulung beserta material. Seingat Tasdi, beberapa saat dihantam ombak ia kemudian tersadar sudah berada di daratan dengan kondisi badan tertumpuk material sampah, peralatan menangkap ikan, bambu dan material lainnya. Dalam kondisi sadar, Tasdi terus berusaha mengeluarkan badannya dari puing-puing material tersebut. “Baru jam 2 dini hari bisa keluar dan lari menyelamatkan diri,” jelas Tasdi.

Saat terperangkap sendiri, Tasdi hanya berdoa bahwa ia ingin selamat dan bisa kembali bertemu keluarganya yang berada di Gempol.

“Saya itu bilang Ya Allah saya ingin selamat, saya ingin balik ke sang hyang Gempol, ingin kumpul sama keluarga. Enggak tau kayanya nyebut waktu itu, seperti itu,” jelas Tasdi.

Tasdi akhirnya bisa melepaskan diri dari puing reruntuhan tsunami tersebut dan langsung berlari. “Alhamdulillah waktu lari itu langsung mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, terus langsung dipeluk sama polisi sama warga perempuan laki-laki juga waktu itu yang saya ingat,” ungkapnya.

0 Komentar