Lagi, Satu Pelajar Meninggal karena DBD

Lagi, Satu Pelajar Meninggal karena DBD
SIAPKAN FOGGING: Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Subang dr Maxi bersama petugas mempersiapkan fogging untuk mencegah DBD setelah dilakukan penyelidikan epidemiologi. YUGO EROSPRI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANG-Satu orang pelajar meninggal karena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dinas Kesehatan siapkan fogging cegah perkembangan nyamuk aedes agyepti.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Drs. H Cecep Supriatin M.Si mengatakan, masyarakat harus mewaspadai adanya gigitan dari nyamuk Aedes Agyepti tersebut. Mengenai kabar adanya yang meninggal karena DBD warga Desa Pakuhaji Kecamatan Cisalak, pihaknya membenarkan hal tersebut. Dinas Kesehatan akan menggelar fogging di titik yang diduga ada aktivitas nyamuk aedes agyepti tersebut. “Ya betul ada 1 orang, dan kita akan melakukan pemfoggingan,” ujarnya.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Subang dr Maxi mengatakan, adanya yang meninggal di RSUD Kelas B Subang atas nama Anisa Nur Fadilah (15 ) warga kampung Cilandesan RT 02 Rw 01 Desa Pakuhaji Kecamatan Cisalak. Korban merupakan santriwati di salah satu pondok pesantren. Korban masuk ke RSUD Kelas B Subang pada tanggal 27 Juni 2019 dan menghembuskan nafas terkhirnya pada jam 15:30 WIB. Hasil dari diagnosa petugas kesehatan, demam berdarah dikarenakan trombosit darahnya menurun.

Baca Juga:Polres Rayakan Hari Bhayangkara Bersama TNIPotensi Wisata Alam Sukasari Siap Dikembangkan

“Trombositnya turun, dari awalnya 30 ribu dan beberapa jam kemudian menjadi 24 ribu karena DBD. Namun ada diagonsa lainnya, yaitu pendarahan lambung dan juga pembengkakan hati, sehingga penyakit yang diderita korban adalah DBD dan penyakit penyerta,” ungkapnya.

Dijelaskan dr Maxi, mengenai DBD yang ada di Kabupaten Subang, tidak benar jika Dinkes Subang tidak ada anggaran untuk fogging. Pihak Dinkes mempunyai anggaran untuk fogging di tahun 2019 sebanyak 75 titik. Saat ini, hanya tersisa untuk 4 titik lagi dan itu harus dilakukan penghematan, mengingat untuk sampai akhir tahun 2019 masih jauh. “Kita ada anggaran untuk fogging namun di tahun 2019 ini kita hanya untuk 75 titik. Kita sudah melakukan fogging di 71 titik, sehingga hanya tersissa untuk 4 titik lagi,” ujarnya.

Jika ada temuan kasus DBD, dr Maxi menuturkan, pihaknya akan mengadakan penyelidikan epidemiologi, sehingga rumah sekitar korban dilakukan pemeriksaan dalam radius 100 meter. Apakah ada jentik nyamuk DBD ? Ternyata dari hasil pelacakan tidak ada ditemukan jentik nyamuk aedes agyepti tersebut negatif. Padahal sudah dilakukan pengecekan di 20 rumah yang berdekatan dengan rumah korban. “Menurut petugas DBD kami itu tidak harus di fogging, karena menurut standar operasional prosedur (SOP) minimal ada 2 rumah yang ditemukan jentik nyamuk aedes agyepti, baru dinyatakan positif. Tidak dilakukan pemfoggingan waktu itu, karena nyamuknya tidak ada di sana. Pihaknya menduga korban terkena DBD di luar rumahnya,” tuturnya.

0 Komentar