Mengerikan, Ini Kondisi Terakhir Gunung Anak Krakatau

Mengerikan, Ini Kondisi Terakhir Gunung Anak Krakatau
0 Komentar

JAKARTA – Tumpahan material vulkanis terus meluas. Ini dampak tremor Gunung Anak Krakatau (GAK) yang masih bergetar. Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukan longsoran sampai 64,2 hektare dan terus mengalami tumpahan ke Selat Sunda.

Indikasi lain dari umpahan meterial vulkanis ini, mengakibatkan adanya potongan besar badan GAK yang hilang. Fakta-fakta tersebut ini terlihat dari data yang ditunjukan citra satelit, sebelumnya dan sesudah 11 Desember 2018.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum dapat memberikan gambaran secara detail terkait fenomena alam tersebut. Pasalnya tim yang ditugaskan pada area GAK hingga kemarin belum bisa mendekat. Faktor cuaca dan gelombang besar menjadi pertimbangan.

Baca Juga:Ratu Elizabeth Turut Berduka Atas Musibah Tsunami di Wilayah Banten dan Lampung12 Tahun PT BPR, Siapkan Kerja Positif di Tahun 2019

“Pemantauan terkendala. Tim harus mendekat untuk mengetahui potensi longsor di tubuh GAK, sebelum dilakukan kajian,” singkat Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Kristianto, kemarin.

Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono membenarkan jika, GAK terus mengalami longsor. Kondisi ini begitu terlitat baik sebelum maupun sesudah tsunami. “Area longsor kentara,” terangnya.

Material yang longsor itu, kata dia, menimbulkan getaran yang tercatat seismograf BMKG di Banten dan Lampung. Dari hasil analisis BMKG, material longsoran itu setara dengan kekuatan gempa 3,4 skala Richter (SR).

Selain pemantauan tsunami di tengah Selat Sunda yang terus dilakukan secara intens. Pemasangan peralatan pemantau seperti stasiun pasang surut di pulau sekitar GAK maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh diperlukan. “Ini kan banyak faktor yang bisa mengakibatkan collapse selain tumpahan material sampai faktor kemiringan lereng,” katanya.

Sementara itu, Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, tim SAR gabungan terus bergerak mencari korban. Beberapa daerah yang sebelumnya sulit dijangkau karena akses tertutup material hanyutan tsunami, sebagian sudah dapat dijangkau petugas. “Hal ini menyebabkan korban baru terus ditemukan oleh petugas tim SAR gabungan,” kata Sutopo, kemarin.

Dia mengatakan, jumlah korban dan daerah terdampak paling parah adalah pesisir Kabupaten Pandenglang. Daerah ini merupakan kawasan wisata dengan fasilitas hotel dan vila yang berderet di sepanjang pantai (lihat grafis).

0 Komentar