Pedagang Khawatir, Harga Telur Terus Meroket Capai Rp27.000/Kg

Pedagang Khawatir, Harga Telur Terus Meroket Capai Rp27.000/Kg
HARGA NAIK: Pedagang tradisional di Pasar Kalijati menganggap kenaikan harga telur menjelang tahun baru dianggap wajar. INDRAWAN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANG–Kenaikan harga bahan pokok setiap menjelang natal dan tahun baru sudah dianggap biasa oleh setiap pedagang di pasar tradisional Kalijati Subang.

Saat ini harga telur yang semula ada di kisaran Rp20.000/Kg, kini sudah mencapai Rp27.000/kg. Pedagang telur di Pasar Kalijati juga merasa khawatir jika harga telur akan terus naik.
“Kalau sampai naik terus bingung, mau jual murah, belinya mahal. Mau jual mahal pembelinya nawar,” ujar Ronah, pedagang telur di Pasar tradisional Kalijati, Subang, Jumat (7/12).

Namun Ronah masih bersyukur sebab beberapa pembeli juga banyak yang mengerti tentang gejolak naik turunnya harga bila menjelang natal dan tahun baru. Sebenarnya kata dia, harga bumbu dapur seperti cabai, bawang, dan lain-lain juga mengalami kenaikan harga, namun tidak signifikan seperti kenaikan harga telur. “Yang lain naik, tapi biasa aja,” tambahnya singkat
Berbeda dengan Teti, seorang pembeli yang ditemui di sekitar pasar tradisional Kalijati Sabang di hari yang sama. Teti beranggapan kenaikan harga telur ini dinilai sebagai siklus tahunan, dia cenderung tidak terlalu khawatir dengan kenaikan harga telur.

Baca Juga:Oknum Kades dan Staf Diamankan Tim Saber Pungli, Urus Dokumen Tanah Dimintai Rp2 JutaAnggota PPK Bertambah jadi Lima Orang

“Tawar menawar di pasar kan wajar, bukan berarti protes sebab harganya mahal sekarang. Orang lain mungkin iya ada yang merasa keberatan dengan harga telur yang naik drastis tapi kalau saya sih biasa, wajar saja, biasanya juga begitu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” tuturnya.

Ditemui di tempat yang lain, Kusnadi seorang peternak ayam petelur di Desa Tanggulun Barat mengatakan, kenaikan harga telur dipengaruhi oleh harga pakan yang mengalami kenaikan harga. Produktivitas ayam petelur berkurang akibat cuaca ekstrim yang belakangan terjadi di Subang.

“Pasti mahal, pakannya juga mahal. Terus faktor cuaca yang tidak menentu seperti sekarang ini, ayam bertelurnya suka sedikit. Tidak tentu juga, satu ekor sehari biasanya dua sampai tiga telur, ini jadi satu,” tukasnya.(idr/man)

0 Komentar