Petani Siasati Pola Tanam Sebelum Harga Paprika Anjlok

Petani Siasati Pola Tanam Sebelum Harga Paprika Anjlok
EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES ATUR POLA TANAM: Seorang petani paprika di Kampung Barunyatu Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
0 Komentar

BANDUNG-Agar tidak merugi di masa pandemi, petani paprika di Kampung Barunyatu Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, menyiasati pola tanam. Pasalnya, di masa pandemi sebelumnya, harga paprika sempat anjlok.

Dikatakan petani paprika di Barunyatu, Wisnu Saepudin (26), para petani paprika baru bangkit dan merasakan kembali penjualan dengan harga normal sebulan terakhir. Permintaan pasar, meski jauh dari masa sebelum pandemi, terus bertambah. Namun, tidak ada kepastian kondisi akibat pandemi, petani harus mampu menyiasatinya.
“Kami tidak mau seperti kemarin. Harga anjlok. Pernah harga sampai Rp5.000 tiap kilogramnya,” kata Wisnu, ditemui di kebunnya, Selasa (22/9).

Bukan hanya nilai jual yang anjlok, selama pandemi permintaan pasar merosot tajam dari 1-1,5 ton perhari menjadi hanya 5 kuintal. Hal itu membuat petani Paprika bukannya untung, laba bersih tidak mampu menutupi kebutuhan modal saat penanaman. “Kalau diumpamakan, modal kami untuk menanam Rp20 juta. Tapi hasil penjualan, hanya Rp10 juta,” katanya.

Baca Juga:Wakapolda Jabar: Disiplin Bermasker Tekan 70 Persen Penyebaran COVID-19Pemkab Purwakarta Alokasikan Rp11,9 M untuk Pulihkan Ekonomi dan Kesehatan

Untuk antisipasi hal itu, kata Wisnu, para petani menyiasatinya dengan merotasi pola tanam. Ia mencontohkan tidak semua kebun ditanami dengan satu jenis paprika. Demikian juga waktu tanam diatur agar tidak panen secara serentak. Untuk waktu panen, paprika berwarna hijau terhitung lebih cepat. Yakni, dua bulan. Sedangkan untuk merah dan kuning, bisa sampai tiga bulan.

Sistem itu memudahkan petani saat memanen. Bahkan, kata Wisnu, dapat dikatakan bahwa petani bisa panen tiap hari. Di masa normal, harga untuk paprika hijau harganya Rp20.000 per kilogram. Sedangkan untuk merah Rp25.000 dan kuning bisa mencapai Rp30.000-Rp35.000. Bahkan saat mahal bisa mencapai Rp60.000.
Wisnu menambahkan, turunnya permintaan lantaran komoditas sayuran jenis Paprika di Indonesia lebih banyak diminati untuk kebutuhan hotel, restoran serta pesta pernikahan yang kini disetop PSBB.

“Kalau Paprika kan mengandalkan hajatan, restoran dan hotel, semua itu tidak berjalan selama PSBB. Otomatis permintaan pasar menurun drastis,” katanya.
Padahal setahun terakhir, paprika dari Barunyatu sudah mampu menembus pasar-pasar modern. Selain itu, paprika Barunyatu juga telah dikirim ke Pasar Kramatjati, Caringin, Cibitung, dan Bogor.(eko/vry)

0 Komentar