Seni Kayu Ukir Solder Diminati Buyer Luar Negeri

Seni Kayu Ukir Solder Diminati Buyer Luar Negeri
KAYU UKIR SOLDER: Hernawan dengan beberapa karya ukir soldernya yang dikenal dengan brand Evan Art Gallery, dibandrol dengan kisaran harga dari 10 ribu rupiah hingga tiga juta rupiah. INDRAWAN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Minta Pemda Berperan Aktif dalam Pemasaran Produk

Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra patung ukiran kayu dimana usaha produksinya dengan jenis komoditi miniatur binatang. Salah satu pengrajin di Kampung Nagrog Desa Sukamulya Pagaden, mengembangkan ukiran kayu solder yang memiliki keunggulan tersendiri.

LAPORAN: INDRAWAN, Pagaden

Ukiran menggunakan kayu lame sebagai bahan bakunya, memiliki keunggulan mempunyai tekstur permukaan yang lembut, pori-pori relatif kecil, mudah dibentuk, mempunyai daya tahan yang tinggi sehingga sangat sesuai dengan cara pemberian motif untuk produk ukiran kayu. Jenis komoditi ukiran kayu lame, antara lain, miniatur bebek, kura-kura, macan, sisingaan, golek, dan masih banyak jenis miniatur binatang lainnya sesuai dengan jenis pesanan dari buyer.

Salah satu pengrajin di Kampung Nagrog Desa Sukamulya Pagaden, sekaligus pemilik saung kerajinan Evan Art Gallery Hernawan menjelaskan, seni kayu ukir solder merupakan seni khas Kabupaten Subang. Mulanya terdapat kampung ukir di sekitar Saradan Pagaden, namun akibat kurangnya perhatian dari pemerintah beberapa pengrajin beralih profesi.

Baca Juga:Tolak Diajak Rujuk, Mantan Istri DitusukMochamad Rudy Firdaus Siap Entaskan Pengangguran

“Di Nagrog Saradan ini semula satu kampung pengrajin semua, sekarang yang aktif sisa 18 kelompok pengrajin, selebihnya alih profesi,” jelas Hernawan kepada Pasundan Ekspres.

Hernawan berpendapat, kurangnya komunikasi antar pengrajin berakibat pada susah berkembangnya pasar bagi setiap prodak kerajinan khususnya kayu ukir solder itu sendiri, terlebih kurangnya perhatian dan dukungan Pemda selama ini juga menjadi kendala tersendiri.

“Misalkan saya mampu memasarkan karya saya hingga ke Iran, Bahrain, Amerika, Jepang itu murni karena kelincahan saya menjalin relasi dengan buyer. Sementara ada berpikir tidak bagaimana nasib pengrajin lain? Kan bukan hanya saya yang pengrajin, tapi kelompok,” katanya.

Artinya, Hernawan berpendapat, hari ini pengrajin berjalan sendiri-sendiri. Sudah saatnya Pemda mempersatukan pengrajin kayu dan beri wadah hingga memfasilitasi. “Saya sudah ajukan ke setiap dinas agar ada satu stand khusus sovenir di rest area untuk jual karya pengrajin-pengrajin Subang, sampai hari ini belum realisasi. Apalagi menghadapi Subang ke depan sebagai salah satu Kabupaten segitiga emas Jawa Barat, momentumnya bagus,” jelasnya sambil berapi-api.

0 Komentar