Desa Budiharja Penghasil Perabotan Berbahan Bambu

Desa Budiharja Penghasil Perabotan Berbahan Bambu
PAMERKAN: Jajang Hidayat pengrajin perabotan berbahan baku dari bambu saat mengikuti Pameran UMKM dalam rangka Hari Jadi KBB ke-12 di Komplek Perkantoran KBB, Kamis (20/6).
0 Komentar

NGAMPRAH-Desa Budiharja, salah satu desa di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat (KBB) cukup dikenal sebagai daerah yang memproduksi perabotan dapur berbahan bambu. Seperti, boboko (tempat penyimpanan nasi), hihid (kipas) atau peralatan dapur lainnya yang terbuat dari anyaman bambu masih juga diminati para ibu rumah tangga.

Meskipun saat ini perabotan dapur tersebut, mulai tersisihkan karena diganti dengan bahan plastik namun para pengrajin masih tetap menekuni untuk memproduksinya. Salah seorang warga Kampung Sadang RT 02 RW 03, Jajang Hidayat (53) menekuni perabotan dapur bernahan bambu tersebut mengembangkan usahanya dengan berinovasi. Tidak hanya boboko atau kipas saja yang ia buat namun puluhan perabotan lainnya ia produksi.

“Ada tempat sendok, tempar bumbu, keranjang, kantong belanja dan bermacam-macam perabotan lainnya. Ya, semua perabotan yang bisa kita buat dengan anyaman, kita coba buat juga,” tutur Jajang, saat mengikuti Pameran UMKM dalam rangka Hari Jadi KBB ke-12 di Komplek Perkantoran KBB, Kamis (20/6/2019).

Baca Juga:Era Industri 4.0, Kebebasan Informasi Disalahgunakan“GEMASTING” Program Pencegahan Stunting IPB di Bogor

Sama seperti pengrajin lainnya, semula Jajang hanya membuat anyaman bambu untuk perabotan dapur secara umum. Namun dalam sebuah kesempatan ia berkesempatan mengikuti pelatihan di desa untuk mengembangkan kerajinan tangannya. Mulai dari situ ia mencoba membuat anyaman bambu dengan berbagai variasi.

Ternyata menurutnya minat masyarakat terhadap produksinya cukup banyak. Ia pun banyak menerima pesanan dari luar daerah seperti Jakarta.

Hasil produksinya memang memiliki nilai estetika tersendiri. Jadi ketika disimpan di dapur, enak dipandang. Karena Jajang juga mengutamakan nilai estetika dari produknya.

Untuk harga yang ia tawarkan hasil produksinya itu relatif terjangkau. Tergantung jenisnya, mulai dari harga Rp5 ribu sampaii puluhan ribu rupiah.

Meskipun bahan baku tidak terlalu sulit, biasa ia mengambil dari Gununghalu, namun masih terkendala dengan peralatan. “Kalau hanya mengandalkan peralatan seadanya ya lama juga memenuhi pesanan. Tapi kalau ada peralatan pembantunya, bisa lebih cepat. Semoga saja ada bantuan peralatan dari pemerintah,” harapnya. (sep)

0 Komentar