Hanya Jadi Fasilitas ke Kompleks Elit, Flyover Padalarang Tak Bisa Urai Kemacetan

Flyover Padalarang macet
EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES MACET: Akses menuju komplek perumahan Kota Baru Parahyangan via Flyover nampak lenggang dari kendaraan. Jauh berbeda dengan kemacetan terjadi dari akses Pintu Tol Padalarang yang menuju Padalarang.
0 Komentar

BANDUNG BARAT-Keberadaan Flyover Simpang Padalarang, yang diresmikan pada 26 November 2021 lalu, ternyata belum sepenuhnya bisa mengatasi kamacetan di kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Kemacetan masih tetap muncul terutama di jalur selepas kawasan Kota Baru Parahyangan menuju Cianjur di kawasan pertigaan Jalan Raya Tagog Padalarang. Kemudian kemacetan juga masih kerap mengular selepas flyover ke arah yang menuju Jalan Raya Cimareme.

Salah seorang warga Padalarang, Bob Sofyan mengaku, tidak merasa ada perubahan yang berarti setelah Flyover Simpang Padaladang diresmikan. Dirinya masih kerap terjebak kemacetan parah saat beraktivitas sehari-hari, meski ada rekayasa lalu lintas kendaraan di sekitar flyover. “Bagi saya keberadaan Flyover Padalarang gak ngaruh, kemacetan masih terjadi, bahkan bertambah parah. Buktinya, saya dari Padalarang ke Cimareme 46 menit, padahal normalnya antara 15-20 menit,” keluhnya, Minggu (5/12).

Baca Juga:Upaya Pulangkan Munirah, Ini yang akan Dilakukan Disnakertrans KarawangAkses Jalan ke TPA Jalupang Rampung, Kang Jimat: Alhamdulilah

Dirinya yang sejak kecil hidup di Padalarang menilai, jika keberadaan flyover itu hanya untuk memfasilitasi warga perumahan elit di kawasan Kota Baru Parahyangan. Mereka begitu dimanjakan karena ketika keluar dari Tol Padalarang langsung naik flyover dan bisa masuk ke kawasan kompleks.

Menurutnya keberadaan flyover itu tidak dirasakan manfaatnya 100% oleh masyarakat KBB. Sebaliknya justru ada sebagian warga KBB di Kampung Cibeloy, RT 02/09, Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang, yang justru jadi kehilangan akses masuk ke kampung tersebut. Sehingga warga terisolasi, karena hanya punya satu akses keluar masuk ke wilayah tersebut. “Flyover Padalarang manfaatnya hanya dirasakan oleh warga Kota Baru Parahyangan. Kalau Pemda KBB ingin buat flyover yang bisa dirasakan masyarakat banyak, buat flyover di pertigaan Cimareme dan Tagog Padalarang yang jelas-jelas adalah simpul kemacetan,” tegasnya.

Sementara tokoh masyarakat Simpang Padalarang, Samsul Ma’arif menyayangkan desain Flyover Simpang Padalarang yang tidak didesain menarik dan berbeda dari flyover lain. Ini adalah flyover pertama di KBB sehingga kenapa tidak didesain mengusung nilai-nilai luhur kesundaan atau yang mencirikan KBB.

Mestinya Pemda KBB jeli dengan mengusung konsep flyover yang ikonik. Terlebih pengembang PT Belaputra Intiland selaku pengembang kawasan Kota Baru Parahyangan selama ini selalu mengusung ikon leluhur Sunda dalam menamai kompleks rumah-rumah yang ada di dalamnya. “Alangkah baiknya jika flyover itu memiliki desain ikonik sesuai karakter atau simbol yang dimiliki KBB. Terlebih itu menjadi dua gerbang sekaligus, yaitu gerbang masuk Ibu Kota KBB dan gerbang Kota Baru Parahyangan yang sama-sama mengusung nilai-nilai kesundaan,” tuturnya.(eko/sep)

0 Komentar