OPOP Tangani Ketimpangan Ekonomi Pedesaan

OPOP Tangani Ketimpangan Ekonomi Pedesaan
SILATURAHMI: Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat melakukan kunjungan kerja di Ponpes Hidayatut Tholibin, Kabupaten Indramayu, beberapa waktu lalu. DOKUMEN PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

BANDUNG-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat akan menjadikan pesantren sebagai pusat ekonomi keumatan dalam Program One Product One Pesantren (OPOP). Hal itu sebagai salah satu upaya menangani ketimpangan kemiskinan antara pedesaan dan perkotaan.

Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan untuk menangani ketimpangan ekonomi pedesaan dan perkotaan tidak hanya dituntaskan melalui Desa Juara, namun juga program-program yang menyasar pesantren. Untuk merealisasikan OPOP, Pemprov menjajaki kerja sama dengan pemerintah Belgia untuk mengembangkan sapi di Jawa Barat. “Kerja sama dilakukan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi masyarakat tanpa harus impor,” kata Uu.

Nantinya, kerja sama tersebut akan disinergikan dengan pesantren-pesantren dalam pengembangan sapi Belgia. Sapi belgia atau belgium blue sendiri sudah dikenal ke seantero dunia memiliki kualitas daging nomor wahid. Dengan begitu, program OPOP dapat berjalan dengan baik dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi tanpa harus impor.

Baca Juga:Potensi Disorientasi Pemindahan IbukotaBUMDes Rancage Kerjasama Startup, Produk Lokal Dijual Secara Online

“Kami ingin memadukan potensi di Jabar dengan pesantren. Sehingga, pondok pesantren akan melahirkan santri-santri tangguh. Nantinya, santri akan melakukan pelatihan dan kunjungan ke Belgia untuk pengurusan pelatihan,” kata Uu.

Dengan adanya kegiatan ekonomi, pesantren tidak akan mengandalkan iuran santri dan sumbangan dalam menggelar proses pendidikan.

Selain itu, Pemrov Jawa Barat memerhatikan kesejahteraan dan keberlangsungan pesantren di Tanah Pasundan. Pasalnya, pesantren di Jawa Barat kerap didera masalah finansial.

“Saat kiai di salah satu pesantren meninggal dunia, jumlah santri dan pemasukan kerap menyusut. Lambat laun, pesantren tersebut akan redup dan hilang. Padahal, pesantren menjadi salah satu aset negara dalam mencetak generasi muda yang unggul. Maka, solusinya adalah kami membuat program untuk mendukung bidang ekonomi di Pondok Pesantren agar Pondok Pesantren hebat dan tetap ada,” kata Uu.

Selama satu tahun OPOP berjalan, sudah ada 1.074 pesantren yang dinyatakan lolos seleksi, dan berhak mendapatkan hadiah, pelatihan dan pendampingan usaha. Jumlah pendamping OPOP sendiri mencapai 130 pendamping. Jumlah itu akan terus bertambah seiring dengan keseriusan Pemdaprov Jawa Barat untuk menyejahterakan pesantren. (rls/sep)

0 Komentar