Puluhan Rumah Rusak, Beberapa Nyaris Ambruk

Puluhan Rumah Rusak, Beberapa Nyaris Ambruk
RETAK: Kepala Desa Puncaksari, Abdul Rosyad menunjukan lantai rumah warganya yang mengalami retak-rekat akibat pergerakan tanah pasca hujan mengguyur wilayah tersebut. ASEP IMAM MUTTAQIN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Pergerakan Tanah Ancam Ratusan Keluarga

SINDANGKERTA – Sebanyak 123 Kepala Keluarga di Kampung Sawah Jauh dan Kampung Cihantap Desa Puncaksari Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terancam bencana pergerakan tanah. Pemicunya akibat intensitas hujan yang meningkat belakangan ini.

Hasil pendataan pihak desa setempat, sedikitnya 48 rumah mengalami kerusakan, baik rusak sedang maupun parah, beberapa unit rumah warga bahkan nyaris ambruk. Mempertimbangkan risiko yang mengancam, penghuninya diimbau segera mengosongkan rumah jika hujan deras kembali turun.

Kepala Desa Puncaksari, Abdul Rosyad mendesak pihak terkait segera mengambil solusi sebelum bencana ini menimbulkan korban. Terlebih, gerakan tanah baru berlangsung di awal musim hujan.

Baca Juga:Lulusan SMK Mendominasi Angka Pengangguran Jawa BaratSMKN 1 Pusakanagara Kembangkan Kegiatan Agroedukasi

“Ini baru hujan pertama, apalagi nanti bulan Desember dan Januari, hujan tidak akan berhenti, nanti kalau ada apa-apa, kadesnya juga yang disalahkan. Kami minta pihak RT/RW juga mengimbau warganya keluar rumah kalau turun hujan,” kata Rosyad di lokasi, Kamis (8/11).

Rosyad mengatakan, aparat desa telah meninjau seluruh rumah yang terdampak dan sejauh ini kondisinya cukup mengerikan. Jika hujan kembali turun, kata dia, diperkirakan kondisinya bisa lebih membahayakan warga.

“Namun, warga merasa keberatan jika harus keluar rumah soalnya harus meninggalkan barang-barang. Sudah saya sampaikan, supaya masyarakat jangan sayang sama barang, tapi jiwa,” terangnya.

Sementara itu, salah seorang warga yang terdampak, Ratmi (55) memilih tetap bertahan di rumahnya meski dinding rumahnya sudah retak. Meski demikian, dia mengaku was-was jika suatu saat rumahnya tiba-tiba ambruk.

“Jadi enggak tenang, kepikiran kalau saya lagi tidur, tertimpa tembok. Kalau turun hujan, kami sekeluarga pergi ke tepat yang lebih aman, soalnya rumah dan tanahnya kayak yang bergerak,” ungkapnya.

Pergerakan tanah di Kampung Cihantap terjadi sejak pekan lalu yang dipicu longsor tebing yang berada di belakang pemukiman penduduk hingga menimbulkan retakan memanjang. Nyaris seluruh bagian rumah Ratmi rusak akibat bencana itu.

“Tembok kamar mandi, dapur, kamar tidur dan ruang tengah sudah retak. Lantai keramik ambles dan mengelupas, jadi enggak tenang di rumah juga, apalagi jika turun hujan,” ujarnya.

0 Komentar