Sampah jadi Dampak Pengembangan 10 Destinasi Wisata

Sampah jadi Dampak Pengembangan 10 Destinasi Wisata
Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna saat diwawancarai awak media di Ngamprah, beberapa waktu lalu. ASEP IMAM MUTAQIN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

NGAMPRAH-Rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat untuk mengembangkan 10 destinasi wisata, nampaknya menjadi bahan pertimbangan Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna dalam memikirkan dampak yang dibawanya. Seperti yang diperkirakan pada tahun 2021 volume sampah di wilayahnya akan mengalami peningkatan yang cukup tajam.

Ditargetkan pembangunan 10 destinasi wisata tersebar kelar pada tahun 2020. Maka setahun berikutnya, yakni tahun 2021 diprediksi jumlah wisatawan yang datang ke KBB semula hanya ratusan ribu orang, meningkat menjadi sekitar 1 juta orang/ bulannya.

Hal itu tentunya akan berdampak pada penumpukan sampah jika tidak ditangani dengan baik akan menambah persoalan baru di Kabupaten Bandung Barat (KBB). “Kalau kita sudah berhasil mengembangkan antara 10-12 destinasi wisata, maka dampak yang kita pikirkan salah satunya adalah persoalan sampah,” kata Bupati saat dihubungi, beberapa waktu lalu.

Baca Juga:Masyarakat Diimbau Bayar Sewa Lahan Tepat WaktuDinso Berikan Bantuan Logistik bagi Korban Kebakaran Rumah

Dia memprediksi, volume sampah pada tahun 2021 bisa mencapai 1.000 ton/ hari. Padahal memorandum off understanding (MoU) antara KBB dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Legok Nangka Kabupaten Bandung hanya 75 ton/ hari. “Tentunya ini akan menjadi masalah yang besar. Karena di satu sisi, kita ingin memberikan kenyamanan terhadap wisatawan. Di sisi lain, volume sampah bakal meningkat banyak,” tutur Umbara.

Oleh karena itu, Umbara mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengantisipasi persoalan tersebut sejak awal. Peran serta dunia usaha dan dunia pendidikan sangat berarti dalam menjaga stabilitas lingkungan.

Konsep pengembangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KBB yang memberdayakan potensi sekolah, direspons positif olehnya. Menurut orang nomor satu di KBB ini, persoalan sampah tidak bisa ditangani oleh pemerintah saja. “Keterlibatan siswa sangat efektif untuk mengatasi persoalan sampah ini. Karena saya perhatikan, mereka sudah faham bagaimana tentang pengelolaan sampah sehingga berdaya guna,” terangnya.

Selain peran serta pelajar, ia juga berharap dunia usaha bisa terlibat langsung dalam menjaga stabilitas lingkungan. Paling tidak dunia usaha memberikan bantuan dana bagi sekolah-sekolah yang telah melakukan program menjaga lingkungan.

Pihaknya sendiri, telah mewadahi dunia usaha tersebut khusus untuk pengelolaan dana Corporate Social Responsibility (CSR). Ada ratusan perusahaan yang siap memberikan CSR tersebut yang berasal dari berbagai asosiasi perusahaan seperti PHRI dan Apindo.

0 Komentar