Satu Keluarga Tinggal di Bekas Kandang Kambing

Satu Keluarga Tinggal di Bekas Kandang Kambing
TINGGAL DI KANDANG.Ilah beserta anak-anaknya hidup disebuah gubuk reyot bekas kandang kambing berukuran 2,5 X 2,5 meter dengan beralaskan karpet lusuh. EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Karpet Lusuh Jadi Alas

PADALARANG-Pasangan suami-istri, Jahidin (40), Ilah (36) beserta empat orang anaknya, hidup disebuah gubuk reyot bekas kandang kambing. Keluarga yang tinggal di Kampung Cidadap RT 03 RW 13 Desa Padalarang Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat (KBB) ini, tidur di dalam rumah berukuran 2,5 X 2,5 meter dengan beralaskan karpet lusuh.

Tidak hanya itu, setiap malam mereka kerap dilanda dingin sampai tidak jarang tiga anak Jahidin dan Ila terserang penyakit pilek dan juga flue. Walau di siang hari, rumah kediaman mereka tampak gelap. Pasalnya tidak ada ventilasi udara selain pintu utama di rumah panggung tersebut. Naasnya lagi, keluarga Jahidin tidak memiliki kamar mandi dan dapur sehingga untuk memasak serta MCK dilakukan di samping gubuknya yang dibangun sangat seadanya.

Ilah mengatakan, sudah empat tahun terakhir ini, dirinya beserta keluarganya tinggal di gubuk bekas kandang kambing karena tidak memiliki biaya untuk menyewa tempat tinggal yang lebih layak. “Empat tahunan di sini, dulunya kandang kambing dibangun seadanya untuk tempat tinggal,” kata Ilah, Kamis (28/03).

Baca Juga:Akur Minta Para Kades Lapor PolisiSekda Ingatkan Pejabat Tidak Tunda Lelang Proyek

Ilah mengaku, sebelum menempati gubuk bekas kandang kambing, keluarganya sempat menyewa sebuah rumah tinggal namun terpaksa harus pindah karena biaya sewa rumah tidak dapat terbayar selama berbulan-bulan. “Gak ada biayanya, untuk sehari-hari juga susah, jadi kepaksa pindah tinggal di sini,” ucapnya.

Untuk menopang perekonomian keluarga, dia memaparkan, selama ini keluarganya mengandalkan penghasilan dari suaminya Jahidin dan juga bantuan dari anak sulungnya Randi (22). “Suami sama anak saya bekerja jadi kuli pembuat cobek, penghasilannya mingguan antara Rp. 200 ribu sampai Rp. 300 ribu,” terangnya.

Meski hidup serba berkekurangan, Ila mengaku, bertahun-tahun hidup di bawah garis kemiskinan tetapi tidak pernah mendapat perhatian maupun bantuan apapun dari pemerintah. “Enggak ada, belum pernah dapat bantuan,” tukasnya. (eko/sep)

0 Komentar