Uwes dan Wilda Buka Warung Difabel Bersatu

Uwes dan Wilda Buka Warung Difabel Bersatu
TIDAK PATOK TARIF.Uwis dan Wildan tengah menunjukan merchandise Persib sebagai salah satu produk jualanya selain kopi di Warung Difabel. EKO SETIONO/PASUNDAN ESKPRES
0 Komentar

Pantang Mengemis yang Penting Usaha

CIKALONGWETAN-Dari luar, nampak tampilan warung kopi ini sangat sederhana. Warung ini menempati halaman rumah salah satu warga, meja dan kursi pun tak berbeda dengan warung lainnya. Namun, pengunjung bisa menikmati kopi sepuasnya dengan membayar seiklasnya, lantaran pemilik warung tak mematok tarif untuk sekali minum kopi setiap hari Jumat.

Pemilik warung kopi ini adalah dua sahabat penyandang disabilitas, Uwes Kurni (31) dan Wildan Wiguna (25). Warung yang terletak di Kampung Cibungbulang, Desa Cisomang Barat Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat ini dinamai ‘Warung Difabel Bersatu’.

Uwes mengalami keterbatasan fisik akibat kecelakaan kerja di tahun 2011 setelah tubuhnya terjepit crane yang membuat kedua kakinya harus diamputasi. Sementara Wildan terkena penyakit TBC tulang sejak umur 2 tahun yang membuatnya menderita penyakit tulang belakang.

Baca Juga:Revitalisasi Pasar Tagog Dikerjakan Pasca LebaranCaleg Golkar Berikan Tata Cara Pencoblosan

Dengan bermodal uang Rp 100 ribu pemberian seseorang, mereka membangun warung kopi atas ide salah seorang anggota TNI. Tujuannya agar kaum disabilitas bisa lebih mandiri dan tidak direndahkan orang lain. “Kami buat ide gimana kalau tiap hari Jumat, pengunjung bisa menikmati kopi sepuasnya dengan membayar seiklasnya. Kami tak mematok tarif, mau bayar berapa pun, bahkan hingga gratis pun kami ikhlas,” kata Uwes di warungnya, Rabu (3/4).

Tidak mudah bagi Uwes bangkit pasca kedua kakinya diamputasi. Kekalutan yang dialaminya semakin bertambah, karena dia gagal tunangan dengan calon istrinya karena musibah itu. Meski sempat kecewa dan putus asa, dia mengambil hikmah dari segala cobaan yang diberikan Allah SWT.

“Setelah dioperasi, saya hanya bisa diam di rumah, sekitar tahun 2014, saya join buka usaha jualan pulsa tapi akhirnya bangkrut. Kemudian ada teman dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) yang mendorong, mengajak saya bangkit hingga sekarang bisa mendirikan warung sederhana sejak pertengahan Maret lalu,” ujarnya.

Selain tempat ngopi, warung ini dijadikan sebagai tempat kumpul dan bersilaturahmi kaum disabilitas di Cikalongwetan. Menurut Uwes, banyak pihak yang memberikan bantuan agar usahanya ini terus berlanjut. “Selain berdagang kopi, kami berdua juga berjualan merchandise Persib sumbangan dari rekan-rekan Bobotoh di Bandung yang peduli terhadap kaum disabilitas seperti kami,” ungkapnya.

0 Komentar