Warga Cikole Perang Palaguna Toya, untuk Pererat Silaturahmi dan Rasa Syukur

Warga Cikole Perang Palaguna Toya, untuk Pererat Silaturahmi dan Rasa Syukur
PERANG BOM AIR:Sejumlah warga, perangkat desa dan tokoh adat terlibat Perang Palaguna Toya untuk mempererat silaturahmi dan rasa syukur. EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

LEMBANG-Perang yang satu ini tak menakutkan, malah menyenangkan dan seru. Bukan senjata tajam yang digunakan, tapi air yang menjadi senjata utamanya.

Perang ini terjadi di Kampung Cibedug, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, warga setempat menyebutnya sebagai Perang Palaguna Toya.

Setiap kubu yang terdiri dari perangkat desa, tokoh adat serta masyarakat diberi jatah kantong plastik berisi kopi dan susu. Setelah penyambutan tamu, pesta perang air siap dimulai, puluhan peserta sigap mempersenjatai dirinya dengan bom air dalam kantung plastik.

Baca Juga:Warga Mekarsari Tunggu Kejelasan Pembayaran LahanPersiapkan Generasi Millenial di Era Digital

Perang air pun dimulai, dua kubu yang terlibat saling melemparkan bom air dalam plastik, warga yang menonton bahkan dibolehkan ikut serta. Dalam tempo sekejap, jalan Kampung Cibedug pun dibanjiri tumpahan kopi dan susu.

Panitia penyelenggara, Vian mengungkapkan, Perang Palaguna Toya merupakan salah satu rangkaian ruwatan lembur yang diadakan warga Kampung Cibedug yang biasa dilakukan setiap tahun. Tema yang diambil dalam ruwatan lembur tahun ini adalah air.

“Acara ini diadakan untuk mempererat silaturahmi antar warga, dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena telah memberikan segala-galanya untuk kami, warga Cibedug,” kata Vian seusai acara, Senin (18/3).

Untuk amunisinya, dia menuturkan, panitia menyiapkan sebanyak 5.000 bungkus air, terdiri dari susu dan kopi yang dikumpulkan dari urunan warga serta bantuan pengusaha kopi setempat.

Selain mempererat silaturahmi antar warga, tujuan lain acara ini yaitu untuk menurunkan tensi jelang pesta politik yang akan diselenggarakan pada 17 April mendatang.

“Walaupun berbeda-beda dukungan, kita tetap harus menjunjung persaudaraan. Beres gelaran pesta politik, jangan sampai ada permusuhan antar warga,” ujarnya.

Kepala Dusun, Yaya menerangkan, sesuai tema ruwatan lembur tahun ini adalah air, sehingga air diharapkan jangan jadi musibah, tetapi harus menjadi berkah bagi masyarakat sekitar.

Baca Juga:Puluhan Calon Kepala Sekolah Tunggu PelantikanAgung Raih Juara Ke-5 Atletik Open UNS, Harumkan Nama Universitas Subang

“Ruwatan lembur sebagai rasa syukur karena masyarakat telah diberikan sumber daya alam yang berlimpah, juga sekaligus sebagai pengingat akan datangnya musim kemarau,” bebernya. (eko/sep)

0 Komentar