WHO Catat Indonesia jadi Negara Tertinggi Ketiga dengan Malnutrisi di Asia

WHO Catat Indonesia jadi Negara Tertinggi Ketiga dengan Malnutrisi di Asia
Muhamad Akbar Madani, Mahasiswa Melbourne University.
0 Komentar

WHO mencatat Indonesia menjadi negara ketiga tertinggi dengan malnutrisi kronis di Asia karena prevalensi stunting yang tinggi yaitu 36.4% pada tahun 2017.

Malnutrisi, stunting dan anemia yang prevalensi nya sangat tinggi di Indonesia
tersebut banyak disebabkan oleh kekurangan konsumsi protein dan mikronutrien, sumber zat besi, vitamin A, zinc, dan protein hewani yang semuanya (kecuali protein hewani) terkandung dalam berbagai jenis sayur

Muhamad Akbar Madani (21), mahasiswa Melbourne University, melakukan penelitian bahawa potensi iklim dan geografis Lembang Kabupaten Bandung Barat, sangat mendukung pertumbuhan sayur di daerah tersebut.

Baca Juga:Masuk Zona Biru, Bandung Barat Akan Masuki New NormalRumah Ghozi

“Pasokan sayur dari Lembang bisa juga di gunakan sebagai solusi dari isu-isu malnutrisi, stunting dan anemia yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia”katanya. Minggu (31/5).

Lebih dari itu, dalam penelitiannya, potensi pertanian di Lembang memiliki peranan untuk menjaga ketahanan pangan lokal. Karena sebagai kontributor pasok sayur di Jawa Barat.

“Saat memulai penelitian saya tentang peranan Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan dunia dan lokal sebagai mitigasi isu kelaparan global dan lokal. Disaat meniliti, saya sempat membaca artikel yang menyebutkan peranan petani di Lembang khususnya sebagai kontributor pasok sayur di Jawa Barat. Berdasarkan data tahun 2016, hasil panen sayur Kabupaten Bandung Barat ini mencapai 40% total pasok sayur di Jawa Barat,” Papar mahasiswa jurusan Ekonomi dan Geografi Melbourne University ini.

Semenjak adanya pandemi covid-19, Dani, melakukan cuti kuliah dan menggeluti pertanian di Lembang Bandung Barat.

“Yang medorong saya tertarik pertanian adalah salah satu mata kuliah saya mengharuskan saya untuk meneliti peranan negara-negara di dunia untuk mengatasi isu ketahanan pangan dan kelaparan (hunger) saya jadi makin tertarik untuk menggarap industri pertanian di Indonesia. Oleh karena itu saya putuskan untuk menggeluti bidang pertanian di Lembang (Indonesia),” Bebernya.

Karena potensi dan manfaat pertanian non-sawah yang dimiliki Lembang terutamanya sayur sangat tinggi, Dani mengataka akan menseriusi pemanfaatan teknologi-teknologi pertanian yang bisa membantu mengoptimalkan kegunaan sayur-sayur tersebut.

Menurutnya, Elemen-elemen yang termasuk dalam proses tersebut adalah optimalisasi penyimpanan sayur, pengolahan sayur, penyuluhan petani-petani di daerah tersebut, dan sosialisasi manfaat dari produksi dan konsumsi sayur untuk penduduk-penduduk sekitar.

0 Komentar