Elektabilitas Emil Kian Melejit

Elektabilitas Emil Kian Melejit
0 Komentar

Namun, Kalah dari Sandiaga Uno

BANDUNG-Elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terus meningkat berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia di tengah masa pandemi Covid-19. Elektabilitasnya naik dari 7,7 persen menjadi 8,6 persen.

Meski begitu, posisinya di peringkat empat pada Mei lalu, turun ke peringkat lima pada Juli disusul Sandiaga Uno dengan 9,2%. Elektabilitas Sandiaga meningkat cukup pesat dibanding Mei 2020 lalu.

Menanggapi hasil survei tersebut, Ridwan Kamil mengaku hanya bekerja sebaik mungkin. “Kita kerja itu tidak untuk cari pujian,” ucap pria yang akrab disapa Kang Emil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (23/7).

Baca Juga:Lantik Kepsek, Ini Pesan Bupati RuhimatPolsek Cipeundeuy Gencar Optimalkan Sosialisasi AKB

“Orang mengapresiasi itu macam-macam. Ada yang bikin lagu ke saya, mendoakan, ada yang bikin TikTok, bikin surat, ada yang juga menaikkan elektabilitas. Jadi bagi saya itu hanya cerminan saja,” kata Kang Emil.

Diketahui, memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), kegiatan ekonomi di Jabar mulai berjalan secara bertahap. Kang Emil mengatakan, pembukaan kegiatan ekonomi disertai dengan pengendalian risiko penularan Covid-19.

“Kajian kita, yang terkoreksi paling tinggi (di angka) -4% itu industri, maka kemarin berita baik ada industri groundbreaking di Subang, menandai mereka sudah optimis dengan pengendalian Covid-19 di Jabar dan optimis dengan kualitas ekonomi industri,” ucap Emil.

Sejauh ini, ia memastikan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (GTPP Jabar) tetapp intens menangani pandemi, sebelum Surat Keputusan (SK) dari Pemerintah Pusat turun.

“Karena SK-nya belum turun, maka gugus tugas masih bekerja sampai ada SK baru. Jadi, enggak ada kekosongan, semua tetap apa adanya,” ucapnya.

Saat ini, GTPP Jabar tengah mewaspadai munculnya kasus impor (imported case). Selain itu, pencegahan penularan di tempat risiko tinggi, seperti destinasi wisata, pasar, dan stasiun melalui tes masif.

“Karena banyaknya kasus impor dari orang luar Jawa Barat, maka kita akan mengetatkan kedatangan-kedatangan dan keluar orang-orang, dari dan keluar Jawa Barat. Begitu terkendali, Jawa Barat akan jauh lebih baik,” pungkasnya. (rls)

 

0 Komentar