Dapat Julukan Santri Abadi, Alfirudin Tidak Pernah Puas Belajar Agama

Dapat Julukan Santri Abadi, Alfirudin Tidak Pernah Puas Belajar Agama
BELAJAR: Alfirudin bersama Muhammad Fikri kini menjadi pengurus Pesantren Qothrunida, Dusun Ceah, Desa Pasirjaya Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang. USEP SAEPULOH/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

KARAWANG-Sudah hampir 10 tahun sudah, Alfirudin mondok di Pesantren Qothrunida, Dusun Ceah, Desa Pasirjaya Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang. Saking lamanya, Alfi bahkan mendapat julukan santri abadi.

Bersama kawan sejawatnya Muhammad Fikri, mereka berdua kini menjadi tulang punggung untuk mengurus Ponpes asuhan Kyai Eman Muaiman.

“Saya senang jadi santri. Bahkan selesai pendidikan pun, saya ingin tetap disini. Saya tidak pernah puas belajar agama bersama para kyai,” ujar Alfirudin, Minggu (21/10).

Baca Juga:Cellica Imbau Aparat Desa Perangi Peredaran NarkobaLatih Petani Bijak Gunakan Pestisida

Menjadi santri abadi di Ponpes memang bukan sebuah prestasi. Namun, hal itu merupakan kebanggaan bagi Alfi dan Fikri, yang sejak dulu ingin mengabdi kepada bangsa melalui syiar agama.
“Saya hanya ingin mengabdikam diri untuk negeri. Saya tidak bisa angkat senjata, saya juga tidak pandai main sepak bola. Tapi saya bisa mengaji,” katanya.

Moment Hari Santri Nasional, dimanfaatkan Alfi untuk menyibukan diri. Alfi mengatakan, saat sibuk mengerjakan banyak kegiatan untuk para santri, Alfi merasa senang dan semangat.

“Gak tau kenapa, tapi hati dan perasaan saya selalu berbunga-bunga saat disibukan oleh kegiatan ponpes,” katanya.
Saat ini, Alfi di tunjuk oleh pengurus ponpes menjadi ketua jamiyah. Atau, leader dari 80 santri lain di Ponpes Qothrunida Cilamaya Kulon.

Sebagai santri senior, Alfi pahak betul bagaimana lelahnya menjadi seorang santri. Alfi mengaku, dirinya sering di hukum kyai, lantaran sulit menghafal ayat-ayat Al-Quran juga bacaan dalam kitab-kitab yang diajarkan para kyai.

“Jadi santri banyak suka dukanya. Apa lagi saat waktu setor hafalan tiba. Bawaannya pengen pulang aja ke rumah,” ujar Alfi, dengan sedikit tertawa.

Hal senada dikatakan Muhammad Fikri. Di zaman yang semakin canggih dan modern, banyak kaum milenial di Indonesia ogah-ogahan menjadi santri. Apa lagi, untuk tinggal di pondok pesantren.

Padahal, kata Fikri, tempat belajar agama terbaik adalah pesantren. Selain mengajarkan akhlak yang baik, pesantern juga banyak mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan, kedisiplinan dan toleransi, yang pada saat ini sudah jarang dimiliki generasi bangsa Indonesia.

Baca Juga:Pemuda untuk Perpolitikan di Tanah AirPekan Kreativitas Siswa 2018, dari Potensi Menuju Prestasi

Fikri berpesan, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, santri Indonesia harus kompak dan menunjukan identitas diri anak bangsa, yang sopan santun dan berbudi pekerti luhur.

0 Komentar