Pertagas WJA bersama Gapoktan Saluyu Kembangkan Pertanian Ramah Lingkungan

Pertagas WJA bersama Gapoktan Saluyu Kembangkan Pertanian Ramah Lingkungan
PANEN: Perwakilan Pertamina dan lainya saat mengikuti panen padi di Desa Sukatani, Cilamaya, Karawang, Senin (28/10). AEF SAEPULOH/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

CILAMAYA-PT Pertamina Gas Western Java Area (Pertagas WJA) dampingi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Saluyu di Cilamaya kembangkan konsep pertanian ramah lingkungan.

Apalagi, program CSR perusaaan yang dirintis awal tahun 2019 ini menunjukkan hasil yang cukup menggemberikan. “Melihat hasil panen hari ini, kami semakin terdorong untuk tetap mendampingi agar Gapoktan agar benar-benar berdaya,” ujar Direktur Teknik dan Operasi Pertagas Rosa Permata Sari, Senin (28/10) pada saat mengikuti panen padi di Desa Sukatani, Cilamaya, Karawang.

Panen padi tersebut dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Saluyu yang menaungi 7 kelompok tani di Cilamaya. Pertagas WJA, sejak awal tahun 2019 mendampingi Gapoktan ini untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia di lahan sewa mereka. “Kita ingin membantu peningkatkan produktiftas para petani di sekitar area operasi kami, namun di sisi lain kami ingin mengedukasi akan pentingnya upaya kita menjaga kelestarian lingkungan hidup,” papar Rosa.

Baca Juga:Cegah Siswa Ketergantungan Gadget, DHIS Kenalkan Permainan TradisonalPemuda Diajak Bangun Desa

Rosa menambahkan, dengan menggandeng UPT Dinas Pertanian Cilamaya, Pertagas WJA mengedukasi bagaimana upaya membuat pupuk organic dan sekaligus mengoptimalkan pemakaiannya. Dalam kurun setengah tahun, di lahan seluas 7 hektar, program CSR ini telah berhasil mendorong Gapoktan mengurangi pemakaian pupuk kimia hingga 50 %. “Tentunya kita berharap ke depan akan menjadi sawah organic,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Gapoktan Saluyu Aep Endang Sudrajat mengatakan bahwa kehadiran Pertagas berhasil meningkatkan semangat para petani di kelompoknya untuk tetap produktif bercocok tanam. Aep mengatakan, masalah utama yang dihadapi oleh kelompok tani adalah karena tidak adanya kepemilikan lahan. Di sisi lain, petani juga dihadapkan dengan tingginya biaya pupuk jika harus bergantung pada pupuk kimia.

“Pertagas mendampingi kami untuk secara bertahap mengurangi pupuk kimia. Kami diajari membuat pupuk organic dan memanfaatkannya secara optimal,” ujarnya.

Ditambahkan Aep, penggunaan pupuk organic terbukti tidak mengurangi produktifitas lahan sawah. Bahkan, Aep memprediksi capaian pada musim panen pertama ini bisa mencapai 6 sampai dengan 7 ton per hektar. “Hampir sama dengan pupuk kimia. Namun nilai positifnya, tingkat keasaman lahan semakin baik dan PH-nya mulai normal, tidak asam,” jelasnya.

0 Komentar