Pupuk Kujang Bina Ibu Rumah Tangga Bisnis Butik

Pupuk Kujang Cikampek
DEDI SATURA/PASUNDAN ESPRES PERESMIAN: Peresmian Galeri Kuwat di Jalan Raya Ahmad Yani Cikampek, yang memajang berbagai produk menarik buatan UMKM binaan Pupuk Kujang, Kamis (30/9).
0 Komentar

KARAWANG-Pupuk Kujang Cikampek terus membuat program pemberdayaan masyarakat. Yang paling baru adalah Program Kuwat (Kujang Wanita Tangguh). Sebagai salahsatu program CSR, program tersebut menyasar masyarakat di sekitar perusahaan untuk dibina dan diberdayakan hingga mandiri.

VP Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Pupuk Kujang, Agung Gustiawan mengatakan, para peserta program ini adalah ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Tapi punya semangat untuk berwirausaha Dalam menjalankan program itu, Departemen PKBL Pupuk Kujang bersinergi dengan Baitulmaalku menjaring para perempuan di sekitar perusahaan untuk dibekali beragam keterampilan seperti menjahit, mendesain, manajemen keuangan, keterampilan wirausaha, digital marketing hingga inovasi produk.

“Dalam menjaring peserta, kami upayakan bagi dhuafa, putus sekolah, dan yang tidak berpenghasilan. Para peserta, kami beri pelatihan hingga punya kemampuan expert. Hasilnya kini para peserta bisa berpenghasilan,” kata Misya Bani dari Baitulmaalku.

Baca Juga:Pembobol ATM Minimarket di Karawang Gasak Uang Rp 800 JutaSatgas Belum Izinkan Acara Hiburan di Kabupaten Bandung Barat

Saat ini, ungkap Misya, sudah ada 10 perempuan yang aktif memproduksi pakaian setiap hari. Dalam sehari, seorang peserta bisa membuat dua setel pakaian. Semua peserta kini punya keterampilan laiknya profesional. Seluruh proses produksi dilakukan secara mandiri dengan penuh keterampilan.

Yuli Novitasari (30) sudah setahun menjadi peserta Program Kuwat. Perempuan asal Dawuan itu kini punya banyak keterampilan. Saat ini ia bisa mendesain hingga berkreasi menjahit aneka jenis pakaian. Semua itu bisa ia lakukan setelah mengikuti Program Kuwat.

Selama setahun itu, ia secara aktif mengikuti berbagai pelatihan. Sedangkan setahun yang lalu, Yuli sehari-hari membuka jasa menjahit di rumahnya. Hasilnya pun tidak tentu. Sebab, bisnisnya hanya diketahui dari mulut ke mulut dengan market terbatas.

“Setelah ikut pelatihan, dari yang sebelumnya hanya bisa vermak, membuat baju asal-asalan saya jadi bisa mendesain gambar, membuat pola sampai bisa menjahit dengan sangat rapi,” katanya.

Tidak hanya mendapat pelatihan, dalam program tersebut ia pun mendapat bantuan modal dan pembinaan usaha hingga mandiri. “Bantuan modal dan pembiaan ini membuat saya semakin semangat mengembangkan usaha saya,” kata perempuan yang bercita-cita memiliki butik tersebut.

Selain Yuli, ada sejumlah perempuan lainnya dengan latar belakang serupa. Tapi saat ini mereka penuh semangat dan punya keterampilan tambahan. Mereka kini bisa membuat gamis, kaftan, kerudung, masker, konektor, bantal leher hingga bed cover.

0 Komentar