Rugikan Nelayan, Pukat Harimau Masih Bebas Beroperasi

Rugikan Nelayan, Pukat Harimau Masih Bebas Beroperasi
PROTES: Nelayan pesisir karawang protes banyaknya kapal pukat harimau yang dibiarkan beroperasi di perairan Karawang. AJI LEKSMANA/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

KARAWANG – Kendati sudah dilarang beroperasi oleh pemerintah, kapal pukat harimau atau yang biasa disebut “trol” oleh warga pesisir nyatanya masih tetap beroperasi hingga ini.

Datim, nelayan tradisional asal Dusun Sakaran, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Karawang menceritakan bagaimana ganasnya kapal “trol” mengeruk hasil laut secara brutal.

“Kapal trol tuh dia bener-bener ngabisin ikan, semuanya dikeruk sama dia,” ungkapnya pada tim Pasundan Ekspres, Senin (9/3).

Baca Juga:Ridwan Kamil Optimis Ekonomi Jabar Mampu Bertahan Ditengah Munculnya Virus CoronaBerulang Kali DPRD Ingatkan DLHK Tentang Sampah

Datim juga mengungkapkan, kapal pukat harimau beroperasi dengan menaruh jaring besar dan menyapu seluruh benda yang berada di perairan, mulai dari ikan, rajungan, udang, bahkan hingga menghancurkan batu karang.

“Semuanya disapu sama dia, karang juga hancur semua, jadi itungannya ngerusak itu tuh,” ungkapnya.

Hal serupa disampaikan oleh Jasan, Kepala Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) di lokasi tersebut. Menurut Jasan, kapal trol sejak dulu sudah beroperasi hingga kini, dan tidak ada penindakan tegas baik dari pemerintah maupun aparat kendati pukat harimau sudah dilarang beroperasi di Indonesia.

Menghancurkan Terumbu Karang dan Singkirkan Nelayan Tradisional

“Kapal trol dari dulu sebenernya dan sampe sekarang masih. Padahal udah dilarang sama pemerintah, sama Bu Susi juga kan dilarang, tapi dari pemerintah gak ada penindakan,” sampainya.

Selain itu, kapal pukat harimau seringkali beroperasi di lahan jaring milik para nelayan yang sedang dipasang, mengakibatkan jaring nelayan rusak bahkan hilang ikut tersapu. Hal itu jelas sangat merugikan, karena membuat para nelayan kehilangan alat mata pencahariannya sehari-hari dan membuat para nelayan tidak mendapatkan hasil laut.

“Mereka itu kalo ngejaring suka di pinggir, di lahan kita naruh jaring, jadinya ganggu kita, jaring kita sering juga kena tarik mereka, jadinya ya mau gak mau kita harus beli lagi dan itu kan gak murah”, tutur Jasan.

Jasan juga membeberkan, Polaut dan Polair yang kerap melakukan patroli di kawasan pantau utara Karawang terkesan membiarkan dan tidak melakukan tindakan tegas.

Baca Juga:Tidak Perlu Batasi Wisatawan Mancanegara, Bupati Umbara Justru Minta DibatasiBawang Bombay Tembus Rp 160.000 Per Kilogram

“Ya Polair sama Polaut juga keliatan kayak gak berani gitu buat nindak, ya mungkin karena bos kapal trol itu orang banyak uang lah, makanya gak ada yang berani tegas,” bebernya.

0 Komentar