Serap Aspirasi, Endang Lesehan Bersama Warga

Serap Aspirasi, Endang Lesehan Bersama Warga
RESES: Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Karawang, Endang Sodikin bersama Kepala Desa dan masyarakat Desa Bengle lesehan di ruang terbuka, tepatnya di Taman Perumahan CKM, Kamis (5/12). USEP SAEPULOH/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

KARAWANG-Ada yang berbeda dalam reses anggota DPRD Karawang yang biasanya dilaksanakan di kantor desa atau kecamatan. Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Karawang, Endang Sodikin menggelar reses di Desa Bengle, Kecamatan Karawang Timur dengan cara yang cukup unik. Ia bersama Kepala Desa dan masyarakat Desa Bengle lesehan di ruang terbuka, tepatnya di Taman Perumahan CKM, Kamis (5/12).

Suasana yang terbangun dari lesehan ini menghilangkan jarak antara masyarakat dengan wakil rakyat serta aparat pemerintahan desa yang hadir. Bahkan, proses tanya jawab serta penyampaian aspirasi masyarakat dalam reses terlihat lebih santai.
Endang Sodikin mengatakan, ide reses dengan konsep lesehan datang dari inisiatif Kepala Desa Bengle. Terlebih dalam agenda reses hari ke 4 tersebut bertepatan dengan Minggon Desa Bengle.

“Ini ide Bu Lurah (Kades Bengle). Kebetulan dalam reses kali ini bertepatan dengan agenda Minggon Desa, jadi semua aparatur pemerintahan desa (Bengle) bisa datang sampai kepada para Ketua RT,” ujarnya.

Baca Juga:BPBD Karawang Prediksikan Ancaman Banjir BerkurangParkir Liar Jadi Biang Macet

Ia mengakui, konsep lesehan memberikan kesan lebih dekat dengan masyarakat saat menyampaikan berbagai aspirasi. Begitu pun saat disampaikan beberapa program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang kedepan, terasa lebih santai dan lebih mudah dipahami masyarakat.

“Konsep lesehan ini sangat efektif untuk reses yang bertujuan menyerap aspirasi masyarakat. Karena tidak adanya jarak antara saya serta aparat desa yang hadir dengan masyarakat, sehingga dapat lebih memahami apa yang dibahas dalam reses,” ungkapnya.

Ditambahakan dia, Desa Bengle juga patut mendapatkan apresisasi karena mampu menjadi desa percontohan yang diakui kementrian desa, dalam hal mengembangkan potensi Magot. Namun, tentunya program Desa Bengle ini perlu dukungan juga dari pemerintah daerah.

“Magot yang merupakan hasil permentasi plasma ini membutuhkan makanan yang diambil dari sampah organik rumah tangga. Di Desa Bengle sudah berjalan selama satu tahun. Tentunya pemerintah daerah pun harus mendukung program ini,” tandasnya. (use/ded)

0 Komentar