Abah Budiman, Sosok Polisi yang Berhasil Membangun Pesantren di Purwakarta

pesantren di purwakarta
MELAYANI: Sebagai seorang polisi, Abah Budiman mewujudkan tugasnya melayani masyarakat dengan mendirikan pondok pesantren khusus yatim dan duafa. ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Miliki 250 Santri, Khusus bagi Anak Yatim dan Duafa

Abah Budiman Polisi yang membangun pesantren di Purwakarta selalu tampil bersahaja. Berseragam atau hanya mengenakan pangsi, tetap saja bersahaja. Wajahnya pun kalem namun penuh wibawa. Sesekali, senyum ramah tergambar di wajahnya.

LAPORAN: ADAM SUMARTO, Purwakarta

AIPTU Budiman atau akrab disapa Abah Budiman merupakan seorang anggota Kepolisian Republik Indonesia. Kesehariannya berdinas sebagai Panit II Binmas Polsek Bungursari, Polres Purwakarta.

Istimewanya, tugas polisi sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat diwujudkannya dengan mendirikan sebuah pondok pesantren bernama Madinah Darul Barokah Lodaya Purwakarta yabg berlokasi di Kampung Dangdeur RT 5/RW 2, Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta.

Baca Juga:HUT Bhayangkara, Kepala Desa Rawalele Dapat PenghargaanNapi dan Petugas Lapas Kelas IIA Subang Dites Swab

Saat ini, pondok pesantren tersebut memiliki 250 santri dari berbagai daerah di Purwakarta, termasuk dari luar wilayah daerah berjuluk Kota Tasbeh ini. Namun, siapa sangka, di awal mendirikan pesantren, Abah Budiman kerap diuji dengan berbagai peristiwa.

Satu yang paling diingatnya adalah peristiwa perusakan bangunan pesantren miliknya oleh beberapa orang tak dikenal pada 2012 lalu. Hal itu lantaran pesantrennya dianggap menganut paham aliran sesat.

“Saya mulai membangun pesantren ini pada tahun 2010. Awalnya, saya datang ke wilayah ini dan melaksanakan salat berjemaah. Kemudian, saya bertemu seorang bapak-bapak yang mengajak saya untuk membangun pesantren,” kata Abah Budiman saat ditemui di pondok pesantrennya, Rabu (1/7).

Saat itu, dirinya menolak karena dirinya merasa tidak memiliki dasar pesantren. “Tetapi, Insyaallah sesuai jalan Allah, akhirnya saya membuat pesantren ini. Dan awal mendirikan justru belum ada santrinya,” ujarnya.

Ketika tak ada santri yang mengaji di pesantrennya ini, Abah Budiman mengaku dialah santri pertama di pesantrennya itu. “Setelah sempat dianggap membawa aliran sesat, justru itu menguatkan saya untuk membuktikan anggapan tersebut keliru,” kata Abah Budiman.

Dirinya pun terus memohon kepada Allah SWT meminta agar tempat itu dijadikan tempat ibadah sekaligus tempat mengaji untuk anak-anak. “Alhamdulillah doa saya terkabul. Santri pun mulai ada. Terlebih dahulu dari lingkungan sekitar dan sampai saat ini banyak dari berbagai daerah,” ujarnya.

0 Komentar