Mak Ilem Berteduh di Gubuk Tua Sebatang Kara, Bertahan Hidup dari Belas Kasihan Orang

Mak Ilem Berteduh di Gubuk Tua Sebatang Kara, Bertahan Hidup dari Belas Kasihan Orang
GUBUK TUA: Mak Ilem (70), warga Gang Keramik, RT 21 RW 03 Desa Mulyamekar Kecamatan Babakancikao Kabupaten purwakarta, menghabiskan masa tuanya, sebatang kara di Gubuk Reyot/Tua tak layak huni. Mak Ilem bertahan hidup dengan hasil memulung barang bekas. DAYAT ISKANDAR/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Mak Ilem yang hidup di Gubuk Tua, mengandalkan menjadi pemulung barang bekas, dan pemberian orang. Bila musim hujan Mak Ilem, kerap numpang tidur di sebuah Pesantren.

LAPORAN: DAYAT ISKANDAR PURWAKARTA

SEORANG nenek bernama Ilem (70) hidup dengan kondisi sangat memprihatinkan. Emak Ilem yang merupakan warga Gang Keramik, RT 21 RW 03 Desa Mulyamekar Kecamatan Babakancikao menghabiskan masa tuanya, seorang diri di gubuk reyot tak layak huni.

Walau kondisi tangan sebelah kanannya, tak bisa bergerak sempurna karna sakit, ia tetap berusaha keras, untuk mendapatkan biaya hidup sehari-hari. Ia sehari-hari memungut barang bekas, seperti kardus dan botol plastik bekas minuman.

Baca Juga:Penderita ODHA Harus Bangkit dan BerusahaLimbah PT SBC Diduga Cemari Lingkungan

“Tangan saya sebelah kanan sakit kalau di angkat. Dulu tidak ada biaya untuk berobat, sampai sekarang seperti ini. Sehari-hari saya mulung (memungut.Red) kardus dan gelas plastik, di jalan dan tong sampah di sekitar sini,” ujar Emak Ilem, saat ditemui di gubuknya, Selasa (9/10).

Dari hasil mengumpulkan barang bekas, dirinya mengaku mendapatkan Rp 5.000 – Rp 20.000/hari.

“Sekarang saya tidak sanggup kerja yang lain, karena kondisi sudah tua. Paling jadi pemulung dan pemberian orang lain saja, untuk biaya makan,” ucapnya.

Rumah gubuk berukuran 2×2 meter itu, terbuat dari dinding terpal plastik dan bilik bambu, atapnya dari genteng, berdiri diatas tanah milik Perhutani itu sangat memprihatinkan.

Kondisi sebagian atap dan dinding. telah lama rusak dan terbuka. Akibatnya saat musim hujan, Emak Ilem terpaksa tidur dalam keadaan basah kuyup dan kedinginan, dan kerap bermalam di Ponpes AD- Dhuha.

“Sudah tiga kali lebaran emak tinggal di sini, ini tanah milik Perhutani, Emak hanya numpang aja. Untuk makan Kadang-kadang Emak ada yang ngasih. Kalau gak ada yang ngasih ya gak makan,” ujar Emak Ilem.

Kendati tubuhnya sudah renta, Emak Ilem tetap berjuang. Pekerjaan serabutan dipilihnya, meskipun itu tak menghasilkan uang banyak.

Baca Juga:Camat Diminta Jeli, Promosikan Bidang MaritimPolisi Diminta Awasi Mafia Gabah

Bahkan, kadang hanya makan nasi dan garam, untuk mengganjal perutnya yang lapar. Namun, makan sering dikirim warga sekitar, karena kasihan melihat kondisi Emak Ilem.

0 Komentar