Pasokan Air Belum Normal, Ini Penjelasan PDAM

Pasokan Air Belum Normal, Ini Penjelasan PDAM
REKAYASA. Pekerjaan rekayasa pengaliran air, penanganan putusnya jembatan pipa PDAM akibat jebolnya tanggul.
0 Komentar

PURWAKARTA-Beberapa debit sumber air yang dikelola atau dipelihara oleh PDAM Gapura Tirta Rahayu Kabupaten Purwakarta, mengalami penurunan drastis pasca-kemarau panjang yang terjadi selama enam bulan pada 2019 lalu. Surutnya semua sumber air tersebut, membuat pelayanan air yang ada menjadi terganggu. Terutama pelanggan PDAM pada lokasi terjauh dari lokasi penampungan (reservoir) air bersih, juga pada elevasi tinggi.

Direktur Utama PDAM Gapura Tirta Rahayu Kabupaten Purwakarta Ir Dadang Saputra menyebutkan, dengan kondisi tersebut, pihaknya terus memaksimalkan pelayanan air kepada masyarakat Purwakarta. Di antaranya dengan melakukan rekayasa pendistibusian air dan pengaturan valve.

“Khusus pengaturan valve dilakukan pada lokasi valve yang secara teknis bisa diatur, karena tidak semua valve bisa di setting. Yakni dengan buka tutup valve secara bergantian dengan waktu dan zona tertentu guna memenuhi kebutuhan air bersih ke konsumen,” ujar Dadang melalui rilis yang diterima Pasundan Ekspres, Selasa (21/1).
Dijelaskannya, dengan dimulainya musim penghujan pada Desember 2019 ini tidak secara langsung ketersediaan sumber air baku dalam waktu singkat menjadi normal kembali.

Melainkan, kata Dadang, diperlukan beberapa bulan agar air hujan tersebut dapat menyerap ke dalam tanah di sekitar catchment area sampai dengan air keluar dari lubang mata air tersebut. “Begitupun agar level air di Waduk Jatilhur kembali normal tidak bisa mengandalkan hujan besar di Purwakarta, karena Waduk Jatiluhur sumber air utamanya dari aliran Sungai Citarum yang hulunya ada di Kabupaten Bandung,” katanya.
Sehingga, sambung Dadang, tidak langsung menambah debit Waduk Jatiluhur tapi tertahan dulu, ditampung di dua waduk, yaitu Waduk Saguling dan Waduk Cirata.
Dijelaskannya, ketinggian atau level air Waduk Jatiluhur dalam keadaan normal ada pada ketinggian muka air normal maksimum adalah 107 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan level minimum atau kritis ada di 87 mdpl.

Sedangkan level terendah yang terjadi pada musim kemarau pada 2019 ini mencapai 85,3 mdpl, jadi penurunan permukaan air danau sebesar 21,7 meter.
Dengan seringnya hujan di Kota dan Kabupaten Bandung, termasuk sepanjang aliran Sungai Citarum, meskipun tidak langsung besar, secara bertahap permukaan air Waduk Jatiluhur sampai dengan Jumat (17/1), sudah naik di level 91,9 mdpl.

0 Komentar