Produksi Batu Belah Dikebut Menjelang H-7

Produksi Batu Belah Dikebut Menjelang H-7
DIKEBUT: Seorang buruh pembelah batu, sedang melakukan aktivitasnya. Produksi mereka terus digenjot menjelang mudik lebaran. DAYAT ISKANDAR/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

PURWAKARTA-Diperkirakan sekitar tiga hari ke depan atau H-7, truk angkutan batu belah dari beberapa sentra produksi tambang, akan dilarang beroperasi. Pasalnya, semua nyaris semua jalan akan digunakan jalur mudik. Hal tersebut sangat berpengaruh bagi puluhan bahkan ratusan pekerja tambang batu belah.
Di Kecamatan Plered, ada banyak desa yang sebagian besar warganya menggantungkan diri sebagai pelaku usaha ekonomi tambang batu. Sebut saja semisal Desa Liung Gunung, Desa Citeko Kaler dan Desa Linggar sari.

Dua diantara tiga desa itu, memiliki kawasan tambang yang konon katanya tak kan habis dalam tempo 50 tahun ke depan.
Asep salah seorang warga Liung Gunung menuturkan, jika truk pengangkut dilarang beroperasi menjelang mudik Lebaran, sebenarnya merupakan hal lumrah atau rutin tiap tahun. “Pengaruh penghentian truk beroperasi memang ada, tapi itu merupakan hal biasa. Para penambang dan buruh tambang batu sudah sangat mahfum,” terang Asep.

Seiring penghentian truk yang disusul dengan pengehntian segala aktivitas pertambangan batu belah. Bersamaan dengan itu, semua majikan atau bandar batu, mengeluarkan insentif tahunan kepada para anak buahnya.

Baca Juga:Efek One Way Jalur Pantura RamaiGelontorkan Anggaran THR Rp 75 Miliar

“Para buruh pembelah batu di sini memiliki majikan, dan majikan inilah yang akan menjamin kebutuhan keseharian para anak buahnya. Dari mulai THR, hingga kebutuhan sembako untuk kurun waktu dua pekan. Terhitung sejak penghentian produksi H-7 hingga H+7,” ungkapnya.

Meski secara kultur gunung-gunung batu alami kerusakan karena penambangan, namun secara ekonomi taraf hidup warga desa langsung bisa mengambil manfaat dari keberadaan tambang batu. Dapat dilihat dari geliat pembangunan rumah warga sekitar tambang. Meningkatnya daya beli warga desa di dua desa tersebut.

“Dulu, sebelum warga bisa berperan ditambang batu, mereka hanya bekerja sebagai buruh harian di sejumlah pabrik genting di Plered,” terangnya.

Keberadaan tambang batu belah yang ditangani perusahaan besar, dengan merangkul warga desa untuk bersama sama berperan didalamnya. “Alhamdulillah perekonomkan warga desa sekitar gunung gunung yang ditambang batunya, sudah bangkit sejahtera,” tukasnya.(dyt/vry)

0 Komentar