Topur, Inovasi Anak Muda di Tengah Pandemi

Topur, Inovasi Anak Muda di Tengah Pandemi
INOVASI: Salman Alfarisi saat menunjukkan aplikasi Toko Purwakarta yang merupakan inovasi buatannya guna mendorong pelaku UMKM. ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

 

Toko Purwakarta atau Topur adalah nama sebuah e-commerce yang diperuntukkan bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Purwakarta. Istimewanya, Topur merupakan inovasi seorang pemuda asli Purwakarta bernama Salman Alfarisi (31).

ADAM SUMARTO, Purwakarta

“Toko Purwakarta atau Topur merupakan aplikasi online yang dibuat untuk masyarakat lokal Purwakarta, khususnya para pelaku UMKM. Topur memiliki tagline ekonomi digital berbasis lingkungan,” kata Salman saat ditemui di Gerai Topur Offline, Jl Raya Sadang, Purwakarta, Sabtu (31/10).

Disebutkannya, aplikasi Topur saat ini sudah bisa diunduh di google playstore. Topur ini, sambungnya, merupakan aplikasi berwawasan digital namun tetap mengedepankan kearifan lokal. “Topur didesain untuk membantu pelaku UMKM untuk memasarkan produknya terlebih itu produk khas Purwakarta,” ujarnya.

Baca Juga:Bermain Bersama Empat Temanya, Siswa SMP Tenggelam di Kali CiasemKompak Nyatakan Perang terhadap Narkoba

Meski begitu, sambung Salman, dalam perkembangannya nanti produk apapun dapat masuk dengan catatan pedagang tersebut ada di Purwakarta. “Kami rilis Topur pada Januari 2020. Jadi, baru 10 bulan Topur ini berdiri. Tapi, proses pembuatannya sendiri dimulai sejak 2018,” kata Salman.

Sebelum membuat Topur, Salman menyebut dirinya membuat e-commerce untuk transportasi dan pada 2017 bahkan sempat ingin berafiliasi bersama tiket.com. Namun, kata dia, hal itu tak terlaksana dan gagal.

Ketika disinggung terkait kendala selama ini pada e-commerce Topur, Salman menyebut terletak pada pedagang UMKM itu sendiri. “Karena ini benar-benar berhubungan dengan pedagang lokal yang terkadang kapasitas produksinya mempertimbangkan ada yang beli atau tidak untuk besok,” ucapnya.

Kemudian, kata Salman, masalah lainnya adalah sering adanya produk yang publish tiba-tiba unpublish lantaran tak tersedia barangnya. Bahkan pernah dalam dua hari, ada delapan produk yang di-take down lantaran pedagangnya tak produksi. “Hal ini disebabkan beberapa faktor, misal kurang modal atau lainnya,” ujarnya.

Sejak awal, Salman pun menegaskan bagi pelaku UMKM yang ingin ikut bergabung mesti mendaftarkan lokasi alamat dan produknya. “Jadi, kami tak ingin istilahnya membeli kucing dalam karung. Sekarang sudah ada 322 pedagang UMKM yang tergabung per Minggu kemarin. Mayoritasnya itu pedagang kuliner,” ucapnya.

Ke depan, Salman berharap dapat mengemas produk-produk UMKM ini dalam satu paket yang menjadi oleh-oleh khas Purwakarta dengan membawa label daerahnya tersebut. Misalnya oleh-oleh Babakancikao dan di dalamnya itu ada berbagai macam produk.

0 Komentar