UPI Prodi PSTI Kenalkan Computational Thinking

UPI Prodi PSTI Kenalkan Computational Thinking
COMPUTATIONAL THINKING: Moderator Webinar Computational Thinking dan Tantangan Bebras Rian Andrian sedang terlibat percakapan dengan para peserta. ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

PURWAKARTA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Purwakarta melalui Program Studi Sistem Teknologi Informasi (PSTI) mengenalkan Computational Thinking dan Tantangan Bebras kepada para guru maupun mahasiswa calon guru, serta kepada masyarakat umum.

Pengenalan cara berpikir komputasi tersebut dilakukan melalui webinar yang digelar PSTI dan diikuti 400 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia pada akhir pekan lalu. Adapun terkait Tantangan Bebras, nantinya para peserta tersebut saling berlomba dalam menerapkan cara berpikir komputasi dalam proses pembelajaran.

Ketua Panitia Webinar Computational Thinking dan Tantangan Bebras Rizki Hikmawan M.Pd mengatakan, cara berpikir komputasi menjadi pondasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Seperti diketahui, TIK ini memiliki lima pilar, yakni Computational Engineering (CE), Software Engineering (SE), Information System (IS), Information Technology (IT), dan Computational Science (CS).

Baca Juga:Apindo Karawang Bentuk Satgas Covid-19 Kawasan IndustriLibur Panjang, Kendaraan Diprediksi Padati Kawasan Lembang

“Kelima pilar tersebut dapat berdiri kokoh apabila pondasinya, yaitu Computational Thinking atau cara berpikir komputasi, sudah kuat dan kokoh. Karena itu pula dalam sistem TIK harus menguatkan dulu pondasinya baru kemudian kelima pilarnya. Inilah yang menjadi pokok bahasan pada webinar tersebut,” kata Rizki kepada koran ini, Ahad (25/10).

Rizki menambahkan, webinar yang digelar sebagai pengabdian kepada masyarakat tersebut menghadirkan pembicara Dosen Prodi Informatika Unpar Vania Natali S.Kom, M.T dengan moderator Rian Andrian S.T M.T yang merupakan akademisi dan praktisidi Bidang IT.

Sebenarnya, kata Rizki, Computational Thinking ini bukan ‘barang baru’ di masyarakat. Bahkan, pada tahun 2012 lalu, cara berpikir komputasi ini sudah diterapkan kepada siswa SD. Hanya saja sudah dalam bentuk aplikasi, sehingga tidak berjalan optimal. “Karena itu, seharusnya dibangun terlebih dahulu pondasinya dengan kuat baru kemudian ke penggunaan aplikasinya,” ujar dia.

Rizki juga berharap webinar Computational Thinking ini memberikan bekal kepada para pendidik dan calon pendidik untuk kemudian dapat diaplikasikan pada sistem pembelajaran, baik secara daring maupun di kelas nanti.

“Cara berpikir komputasi ini juga akan berkaitan dengan metode Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) maupun High Order Thinking Skill (HOTS) dalam menghadapi tantangan pendidikan pada era Revolusi Industri 4.0, sehingga kualitas pendidikan siap berdaya saing di masa depan,” ucapnya.(add/ysp)

0 Komentar