Abah Uba Berjualan Sejak Tahun 1945, Hobi dan Merasa Kesepian Diam di Rumah

Abah Uba Berjualan Sejak Tahun 1945, Hobi dan Merasa Kesepian Diam di Rumah
MANGKAL: Abah Uba menggelar dagangannya di emperan sebuah swalayan di Cadika Subang, yang saat ini menjadi tempat "mangkalnya".
0 Komentar

Dengan tubuh renta, dia gendong berbagai macam sapu, teriknya matahari tidak mengahalangi langkahnya untuk terus berusaha menawarkan dagangannya. Padahal usianya sudah 94 tahun, usia yang pantas untuk lebih baik beristirahat di rumah ketimbang harus menyusuri jalan-jalan kota, ditempa panas matahari, debu, bahkan hujan jika musim telah berganti.

INDRAWAN,Pasundan Ekspres

Dialah Abah Uba, asal Desa Tambakan RT 06 RW 02 Kecamatan Jalancagak, Subang. Pada usianya yang ke 94, Abah Uba masih berpenglihatan awas, juga berpendengaran jelas.

Dia mengaku jarang sekali sakit, memang terlihat bugar, meskipun tubuhnya tidak bisa menyembunyikan caranya berjalan, yang gopoh karena renta usia dan gigi yang sudah habis.

Baca Juga:Kades Kertamukti Salurkan Air Bersih, Penuhi Kebutuhan MasyarakatObat Filariasis Minim Respon

Siang itu Abah Uba nampak sedang menikmati semilir angin sepoy-sepoy, di emperan swalayan yang terdapat di Cadika Subang. Sambil duduk bersandar, matanya terpejam, padahal sebatang roko yang dia selipkan di kedua jari tangan kanannya masih menyala, sesekali dia hisap roko itu.

Seperti otomatis, dia melemparkan senyum ketika Pasundan Ekspres menghamipirinya. Sambil bertanya atau mungkin menawarkan dagangannya dia berkata, “A bade sapu?,” kemudian Abah Uba membenarkan cara duduknya, dari situlah pembicaraan kami dimulai, Abah Uba juga bercerita banyak hal, termasuk kapan dia mulai berjualan.

“Abah berjualan sejak tahun 1945, hampir semua pelosok Subang ini sudah Abah datangi, jualannya macam-macam, cuma sejak 4 tahun kebelakang berjualan macam-macam sapu,” cerita Abah Uba.

Kemudian dia juga mengaku jika usahanya sejak dulu bukan saja berjualan, namun sempat juga mengayuh becak. Saat ini Abah Uba menjual berbagai macam sapu yang dia dapatkan dari kiriman salah satu pabrik di Pangandaran.

Dalam sebulan pengirim datang, untuk menagih uang setiap sapu yang laku dijual Abah Uba. Setiap stor Abah Uba mengaku paling tinggi 1 juta rupiah.

“Dari 1 juta, yang disetor nanti Abah dapat 300 ribu, kalau sebulannya 1 juta, kalau kurang, ya Abah juga gak dapat 300 ribu, bisa kurang juga,” jelasnya.

Abah Uba tinggal berdua dengan istrinya, anak-anak dan cucunya sudah punya rumah dan tinggal dengan keluarganya masing-masing di Purwakarta dan Sumatra. Anaknya yang tinggal di Purwakarta setiap hari libur, kata Abah Uba rutin mengunjungi.

0 Komentar