Bentuk Rasa Syukur dan Berkah, Desa Bongas Gelar Hajat Bumi

Bentuk Rasa Syukur dan Berkah, Desa Bongas Gelar Hajat Bumi
DIARAK: Camat Pamanukan dan Kepala desa Bongas saat diarak dalam prosesi hajat bumi di Desa Bongas. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANG-Warga Desa Bongas Kecamatan Pamanukan menggelar acara ruwatan bumi yang dipusatkan di halaman Kantor desa setempat, Sabtu (14/12). Hal itu sebagai ungkapan rasa syukur dalam menyambut musim tanam rendeng.

Acara yang berlangsung secara turun temurun, dalam rangka mengucapkan rasa syukur atas berkah, kesehatan dan keselamatan yang diberikan Allah SWT kepada seluruh warga Desa Bongas Kecamatan Pamanukan Subang. Kegiatan dilakukan dengan melakukan arak-arakan Kades serta Camat Pamanukan yang diiringi hasil bumi dan pawai oleh aparat desa, warga, tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama di Desa Bongas.

Acara ruwatan sedekah bumi ini merupakan tradisi warga Desa Bongas yang digelar rutin tiap tahun. Acara ini diisi serangkaian kegiatan yang melibatkan warga setempat, khususnya petani,” ujar Cucu Permana, selaku Pjs Kades Bongas.

Baca Juga:Tali Sling Putus, AKBP Andi Nurwandi Terjatuh dari Ketinggian 50 Meter50 Anggota Pramuka Penegak Dlatih jadi Tim SAR

Dia menyebut kegiatan ruwat bumi juga diisi dengan doa bersama dan syukuran pada Sabtu malam disalah satu pelataran warga. “Setiap acara ruwat bumi ini selalu disambut antusias oleh warga Bongas karena dianggap sebagai bagian dari melestarikan budaya leluhur,” bebernya.

Ruwatan bumi ini juga, sebagai simbol bahwa warga menyambut meriah dengan limpahan rizki yang telah diberikan Allah SWT. Selain itu, dengan ruwat bumi ini diharapkan pada musim tanam yang akan datang bisa dilakukan dengan lancar dan mendapat berkah serta produksi yang maksimal. “Kita tidak menghilangkan makna untuk bersyukur pada alam.

Sementara itu Camat Pamanukan Hj. Ela Nurlaela menyebut, acara ruwatan bumi yang digelar warga Desa Desa Bongas harus terus dilestarikan. “Karena ini merupakan bagian dari warisan budaya yang perlu dipertahankan keberadaannya. Sebab tradisi ini sebetulnya mengandung arti membentuk kekompakan di antara warga,” kata Ela
Ia juga berharap pelaksanaan hajat bumi menjadi makna syukur yang mendalam pada Allah SWT. Selain itu, pelaksanaan hajat bumi dapat kembali mendatangkan keberkahan dari hasil bumi seperti pertanian yang digeluti masyarakat desa Gempol. “Kita mendapat rizki dari alam. Maka kita harus menjaganya, bersyukur mengenai hasil alamnya dan senantiasa berdoa untuk keberkahan di masa mendatang,” bebernya.(ygi/sep)

0 Komentar