Cukup Dibayar dengan Ngopi dan Gorengan, Komunitas Pemuda Ruang Nafas Konsisten Peduli Atas Persoalan Sampah

Cukup Dibayar dengan Ngopi dan Gorengan, Komunitas Pemuda Ruang Nafas Konsisten Peduli Atas Persoalan Sampah
YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES GOTONG ROYONG: Pemuda yang tergabung dalam komunitas Ruang Nafas melakukan pengumpulan sampah yang dikelola secara swadaya.
0 Komentar

Hal lain yang tak kalah penting, kata Lutfi, Ruang Nafas juga saat ini terkendala kekurangan sarana dan prasarana seperti lahan untuk menjadi tempat pembuangan sampah sementara (TPS).

Padahal beberapa waktu lalu, Ruang Nafas yang mewakili Desa Rancabango ikut serta dalam program yang digagas SGF dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3 R( Reduce, Reuse, Recycle).

“Tapi karena terkendala lahan dan mesin pencacah, kami belum bisa melaksanakan sistem 3 R tersebut,” kata Lutfi.

Baca Juga:Jangan Abaikan Penyakit MenularPojokan 69 Pancasila Ada Dimana?

Ia menceritakan, ketika program tersebut berlangsung telah ada dukungan Dari Dinas LH, Dispemdes bahkan Camat hingga wakil bupati mensupport Ruang Nafas. Namun hingga saat ini, lahan untuk TPS masih belum bisa tersedia.

“Kendala kami kekurangan sarana dan prasarana untuk melaksanakan 3 R itu, tapi meski begitu memang sejak 4 tahun terakhir ada perubahan dan secara gerak saat ini sudah mulai leluasa. Namun dengan keterbatasan jangkauan dan sarana yang dimiliki, Raung nafas kini masih fokus di Kampung Rancabango dari 10 kampung yang ada di Desa Rancabango. Karena memang luas dan keterbatasan yang ada,” imbuhnya.

Meski begitu, ia berharap, agar warga semakin sadar mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan sadar terhadap kondisi lingkungan. Lutfi menyebut, pengelolaan sampah juga tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, masyarakat bisa secara mandiri memulainya dengan mengurangi sampah.

“Paling tidak mengurangi jika mengelola belum bisa, memang dampaknya belum terasa. Kami juga berharap lebih diperhatikan, sarana dan prasarana untuk TPS 3 R yang membuka lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda. Istilahnya bhakti dulu, soal bati mah nyusul. Bukan berarti tidak butuh uang ya kang, semua butuhlah. Tapi kita konsisten dulu di sini mengembangkan sambil perlahan mudah-mudahan jadi lapangan pekerjaan pemuda desa sendiri,” imbuhnya.(ygi/ysp/vry)

Laman:

1 2
0 Komentar