Karang taruna RT06/02 Gelar Drama Kolosal Pencak Silat, Ngamumule Budaya Sunda di Puncak HUT RI

Karang taruna RT06/02 Gelar Drama Kolosal Pencak Silat, Ngamumule Budaya Sunda di Puncak HUT RI
PERTUNJUKAN: Penampilan Pencak Silat anak-anak di Kampung Krajan RT 06 RW 02 Desa Cinangsi pada malam puncak perayaan HUT RI ke 74. INDRAWAN SETIADI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

CIBOGO-Karang Taruna Sub RT 06 RW 02 Kampung Krajan Desa Cinangsi Kecamatan Cibogo Subang, menggelar drama kolosal Pencak Silat di malam resepsi peringatan HUT RI ke 74 malam minggu lalu.

Acara yang di gelar di area Balai Desa Cinangsi itu dianggap berbeda dengan perayaan agustusan di wilayah lain, sebab menampilkan hiburan pencak silat.

PLT Kepala Desa Cinangsi, Ibu Sri menyampaikan apresiasnya kepada Sub Karangtaruna RW 02 RT 06, atas suguhan acara agustusan yang tampil beda tersebut, terlebih saat menampilkan pencak silat sebagai hiburan ketimbang hiburan-hiburan yang dinilai justru sudah biasa, seperti organ tunggal.

Baca Juga:Maman Yudia: Pemimpin Jangan PesimisTingkatkan Minat Baca, Diskusi di Ruang Publik

“Dari tema acara saja sudah istimewa, yaitu mengisi kemerdekaan dengan ngamumule budaya sunda, luar biasa sekali, yang ditampilkan pencak silat dan gembyung buhun, berbeda dengan yang lain. Saya sangat apresiasi, dan merasa bangga kepada sub karangtaruna Desa Cinangsi ini,” jelasnya.

Dia berharap, acara seperti demikian bisa kembali lagi mendorong anak-anak muda khususnya di RW 02 RT 16 Desa Cinangsi agar lebih peduli terhadap budaya sendiri, juga patut dicontoh oleh RW atau RT lain di wilayah Desa Cinangsi.

Dalam kesempatan tersebut juga Ibu Sri selaku PLT Kepala Desa Cinangsi sama-sama mengajak masyarakat untuk sama-sama membangun desa dengan semangat budaya Sunda, untuk menjadikan Desa Cinangsi yang unggul dan mandiri.

Ketua Pelaksana, Yoga Utama mengatakan ide awal untuk menggelar malam resepsi agustusan, yang mengusung tema Sunda tersebut datang dari hasil musyawarah mufakat seluruh panitia. Dan hal tersebut merupakan bagian dari kegelisahan dirinya dan seluruh panitia, akan tumbuh kembang generasi anak-anak balita, hingga remaja di Desa Cinangsi yang semakin terjauh dari keaslian Budaya Sunda.

“Jangankan anak remaja, kita setiap waktu melihat anak balita sudah main gadget, jarang sekali bisa kita lihat main permainan seperti kita dulu, gatrik, panggal, atau main karet misalnya, habis oleh smartphone dan youtubenya. Di satu sisi kita maknai hal itu sebagai kemajuan tehnologi, namun bukan berarti lupa pada tradisi dan budaya sendiri. Maka dari itu pada momentum agustusan ini kami sepakat untuk mengangkat tema ngamumule budaya sunda, sebagai upaya untuk mendekatkan kembali budaya dan tradisi yang hari ini sudah jauh dari anak-anak kita,” jelas Yoga Utama.

0 Komentar