Kenalkan Petani Pada Pertanian Ramah Lingkungan

Kenalkan Petani Pada Pertanian Ramah Lingkungan
YOGI MIFTAHUL FAHMI PASUNDAN EKSPRES PELATIHAN: Para petani saat mengikuti pelatihan ramah lingkungan CSA SIMURP di Balai Penyuluh Pertanian.
0 Komentar

SUBANG-Setelah para penyuluh diberikan pelatihan, kini giliran para petani di masing-masing Kecamatan diberikan pemahaman terkait pertanian ramah lingkungan atau Training of Farmers CSA (Climate Smart Agriculture) SIMURP (Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project) di Kabupaten Subang.

KJF Dinas Pertanian Subang, Dessy Argayulia mengatakan, pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan SIMURP yang dilaksanakan di tahun 2020. Lokasi TOF terdiri dari kelas yang bertempat di BPP (Balai Pelatihan Pertanian) dan lahan praktek dilahan sawah petani. Kegiatan SIMURP ini merupakan salah satu bagian dari KOSTRATANI dalam rangka pembangunan pertanian di kecamatan. “Ini satu kesinambungan, kegiatan yang melibatkan petani, penyuluh juga dinas dan insyan terkait,” kaya Dessy.

Selain TOF CSA, BPP pelaksana kegiatan SIMURP juga mendapatkan fasilitas IT yang mendukung pelaksanaan pelatihan pertanian di BPP. Tempat dan fasilitas IT yang mumpuni menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan TOF CSA menjadi lebih baik, dimana peserta TOF CSA disuguhi hiburan tontonan video tutorial teknologi CSA SIMURP sebagai media pelatihan lain selain materi ceramah. “Kegiatan praktek CSA yang dilaksanakan di lahan sawah petani antara lain adalah praktek alat mekanisasi pertanian seperti traktor roda 4 dan transplanter (alat tanam padi). Para peserta milenial banyak yang tertarik dalam mencoba praktek alat mekanisasi tersebut,” jelas Dessy.

Baca Juga:Ajak Anak Berpikir Kritis, Pendidikan TK dan SD Bakal Berbasis STEMPemkab Pastikan Produktivitas Petani Tetap Terjaga

Dala kesempatan tersebut, menurut Dessy ada  beberapa hal yang dirumuskan rencana tindak lanjut yang disepakati oleh para peserta TOF  yaitu, tidak membakar jerami, Pemupukan spesifik lokalita berdsarakan alat PUTS, Penggunaan bagan warna daun/BWD. “Hal yang biasanya dilakukan usai panen itu biasanya jerami dibakar, nah setelah pertemuan itu kita sepakat untuk tidak membakarnya,” jelasnya.

Selain itu, hal lain yang tak kalah penting yakni Penggunaan pupuk organik dalam bertani, menerapkan jajar tanam legowo, penerapan 4 prinsip PHT, Penggunaan pestisida nabati sebagai alternative PHT. Selain itu, melakukan penyiangan dengan alat gasrok atau weeder, menerapkan prinsip panen yang baik untuk mengurangi kehilangan hasil/losses, serta meningkatkan IP/Indeks Pertanaman. “Ini bisa menjaga keseburan tanah, Pertanian ramah lingkungan juga termasuk pengendalian hama,” tutupnya.(ygi/sep)

0 Komentar