Kisah dr Maxi yang Lolos dari Kematian setelah Dioperasi 11 Jam dan Koma 4 Hari

Kisah dr Maxi yang Lolos dari Kematian setelah Dioperasi 11 Jam dan Koma 4 Hari
BERSYUKUR: Dr Maxi bersama keluarganya bersyukur lolos dari kematian, karena sempat berhenti detak jantungnya selama 24 detik. YUGO EROSPRI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Detak Jantung Sempat Berhenti 24 Detik

Kisah hidup seseorang pasti ada yang menarik. Lolos dari kematian menjadi hal yang langka bagi manusia. Hal tersebut dialami salah seorang dokter berstatus PNS di Kabupaten Subang. Jantungnya sempat berhenti berdetak selama 24 detik ketika dioperasi 11 jam.

dr Maxi merupakan pemilik Klinik Happy Healthy. Bahkan menurut dirinya yang merupakan seorang dokter, penyakitnya itu tergolong langka.

Tapi akhirnya ia selamat dari kematian. Ia benar-benar merasakan keajaiban dari sang pencipta, dirinya bisa hidup sampai saat ini. “Ini merupakan keajaiban, dikarenakan manusia manapun jika jantungnya tidak berdetak akan tewas,” kata dr Maxi yang menjabat Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Subang.

Pria kelahiran Sulawesi yang kini berusia 48 tahun, pernah bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas Tambakdahan pada tahun 1998. Dr Maxi memperistri Ai Siti Muslihat warga Kecamatan Binong. Setelah tahun 2001 menjadi PNS, dr Maxi menjadi Kepala Puskemas Tambakdahan. Pada tahun 2007 menjadi Kepala Puskesmas Binong dan pada tahun 2013 menjadi Kepala Bidang P2P di Dinas Kesehatan Subang.

Dr Maxi juga bertugas di RSUD Kelas B Subang pada tahun 2016, menjadi Kepala Bidang Perencanaan dan bertugas di DP23KBPA sebagai Kepala Bidang Perlindungan Anak pada tahun 2017. “Karir saya berawal dari puskemas. Pendidikan saya mulai dari Strata 1 dan Strata 2 dari Universitas Hasanudin, Universitas Sugiopranoto dan juga Universitas Langlang Buana,” ungkap dr dr Maxi yang memiliki empat orang anak.

Pada tahun 2010, penyakit mulai muncul dikarenakan kelelahan dan juga kurang tidur. Penyakit langka itu, membuat dadanya sulit bernafas. Dr Maxi berobat ke Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta. Dirinya divonis menderita penyakit disleksi aorta atau robekan di pembuluh darah aorta. “Robekan ada di 5 tempat di bagian dalam dada,” ungkapnya.

Pada saat itu, dr Maxi melanjutkan, tindakannya harus operasi. Ia menganggap penyakit tersebut biasa saja dan menjalani rutinitas seperti biasa. Namun masalah tersebut makin pelik, dikarenakan penyakit tersebut muncul kembali di tahun 2015. Akhirnya memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). “Saya dibantu dr. D. Antono, Yulia Yoyong, Haryati dan Farida dalam operasi besar. Empat orang itu berjasa dalam hidup saya dan sampai saat ini saya terus mengingat mereka selain tentunya keluarga besar saya,” katanya.

0 Komentar