Longsor di Pasirkareumbi, Warga: Developer Harus Tanggungjawab

Longsor di Pasirkareumbi, Warga: Developer Harus Tanggungjawab
INDRAWAN SETIADI/PASUNDAN EKSPRES HATI-HATI: Pengendera melintas di jalan sekitar lokasi longsor di Kampung Cimerta blok Cikawung RT 24 RW 08 Kelurahan Pasirkareumbi.
0 Komentar

SUBANG-Warga menuntut pihak developer bertanggungjawab atas kejadian longsor di Kampung Cimerta blok Cikawung RT 24 RW 08 Kelurahan Pasirkareumbi, belum lama ini (7/2). Warga menilai longsor tersebut dikarenakan adanya aktivitas pembangunan perumahan.

Tokoh masyarakat sekitar Aam (45) mengatakan, faktor penyebab longsor dikarenakan adanya proyek perumahan. Proyek tersebut berada di atas perbukitan Cikawung. Padahal di lokasi tersebut sebelumnya tidak pernah terjadi longsor.

“Salah satu faktor besar terjadinya longsor di Cimerta ini lantaran adanya peroyek pembangunan perumahan oleh salah satu developer di atas perbukitan Cikawung. Jadi di atas (bukit Cikawung) itu tanahnya sudah rata, tidak ada lagi tumbuhan penyangga,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres, kemarin (8/2).

Baca Juga:SMK Pasundan Subang Berikan Bantuan Korban Banjir PanturaAtasi Banjir Pantura, Ruhimat: Peninggian Tanggul Cipunagara Jadi Prioritas

Dia dan masyarakat lainnya juga mengaku sudah bertemu dengan pihak developer. Namun dalam pertemuannya tersebut sama sekali tidak menemui titik terang. Menurut Aan, developer akan bertanggung jawab atas terjadinya longsor tersebut namun hingga saat ini belum ada realisasinya.

“Buntu saja gak ada titik temu, ini juga bukit kalau hujan deras sudah gerak lagi tanahnya dibiarkan. Tidak ada upaya mengamankan atau bagaimana, makanya warga masyarakat di sini inisiatif saja, berjaga,” tambahnya.

Dia mengatakan, kemungkinan akan terjadi longsor susulan sangat besar potensinya. Mengingat ketika hujan deras selalu ada pergerakan tanah di perbukitan Cikawung.

“Kami warga masyarkat terus siaga, sepanjang siang dan malam, berjaga. Karena jika terus menerus hujan, potensi ada longsor susulan sangat besar kemungkinannya,” ungkap Aam.

Ada sekitar 15 KK dari dua RT yakni RT 23 dan 24 di RW 08 sudah mengosongkan rumahnya, dan mengungsi ke rumah saudara yang relatif aman dari longsor.

Warga yang lain Atok (51) mengungkapkan kegelisahannya. Dia mengaku cukup dibuat repot oleh longsor tersebut. Selain merasa was-was karena takut ada longsor susulan, aktivitas usahanya juga terhenti, sebab khawatir untuk meninggalkan kampungnya.

“Saya usaha kan harus ke luar, kalau mau pergi khawatir. Karena ini saya bukan mendoakan ya, kalau dilihat dari bukitnya saja dari sini kan kelihatan sudah retak, belum lagi kalau hujan ada gerakan lagi kan. Jadi pasti akan ada longsor susulan,” jelasnya.

0 Komentar