Menilik Sungai Cipunagara Yang Disebut sebagai Penyebab Banjir Pamanukan

Menilik Sungai Cipunagara Yang Disebut sebagai Penyebab Banjir Pamanukan
MELUAP: Saat air di sungai Cipunagara meluap, beberapa waktu lalu, menjadi tontonan masyarakat. Lokasi masih di bagian transisi Desa Tanjung Kecamatan Cipunagara. INDRAWAN SETIADI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Ketersediaan Ruang Aliran Air di Hilir Tidak Mendukung

Sungai Cipunagara adalah sungai terpanjang di Kabupaten Subang, membentang lebih dari 80 km dari ujung selatan Subang hingga bermuara di laut jawa di ujung utara. Daerah Aliran Sungainya meliputi 24 sungai dan 74 anak sungai, dan merupakan DAS terluas di Kabupaten Subang yaitu 1.200 km2 .

LAPORAN: INDRAWAN SETIADI, Subang

Dari laporan hasil survey sungai Cipunagara oleh pemerhati Sungai Iskandar Zulkarnaen, menyebutkan jika sungai Cipunagara terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu bagian hulu, transisi dan hilir. Bagian hulu yang menurutnya meliputi Kecamatan Cisalak, Kasomalang, Cijambe, merupakan di daerah pegunungan sungai-sungai memiliki kemiringan
yang terjal (steep slope).

“Kemiringan terjal ini dan curah hujan yang tinggi akan menimbulkan stream power (kuat arus) besar, sehingga debit aliran sungai sungai di daerah ini menjadi cukup besar. Periode waktu debit aliran umumnya berlangsung cepat,” jelasnya.

Baca Juga:Soal Penangguhan Umroh, Warga Diminta Hormati Keputusan Raja ArabSensus Penduduk Tunjang Pembangunan

Pada bagian hulu, ditandai dengan adanya erosi di Daerah Pengairan Sungai (DPS), maupun erosi akibat penggerusan dasar sungai dan longsoran tebing. Kemudian proses sedimentasi tebing sungai disebut degradasi. Material dasar sungai dapat berbentuk boulder/ batu besar, krakal, krikil dan pasir. Bentuk sungai di daerah ini adalah braider (selempit/ kepang).

“Alur bagian atas hulu merupakan rangkaian jeram-jeram aliran yang deras. Penampang lintang sungai umumnya berbentuk V atau tebing sungai yang curam,” tambahnya.
Selanjutnya daerah transisi, batas pegunungan sampai ke daerah pantai, meliputi kecamatan Cibogo dan Cipunagara, kemiringan dasar sungai umumnya berkurang dari 2 persen karena kemiringan memanjang, dasar sungai berangsur- angsur menjadi landai (mild).

Pada daerah ini, seiring dengan berkurangnya debit aliran walaupun erosi masih terjadi namun proses sedimentasi meningkat, yang menyebabkan endapan sedimen mulai timbul. Akibat pengendapan ini, berpengaruh terhadap mengecilnya kapasitas sungai yaitu pengurangan tampang lintang sungai.

Dia melanjutkan ke daerah hilir yang meliputi Kecamatan Compreng, Pusakajaya, Pamanukan, Legonkulon dan Pusakanagara. Dimana sungai mulai memasuki batas transisi, daerah pantai, dan berakhir di laut atau mulut sungai, estuary, muara. Kemiringan di daerah hilir dari landai menjadi sangat landai bahkan ada bagian-bagian sungai, terutama yang mendekati laut kemiringan dasar sungai hampir mendekati 0 (nol) katanya.

0 Komentar