Ongkos Mahal, PerajinIkan Asin Bangkrut

Ongkos Mahal, PerajinIkan Asin Bangkrut
HARGA TINGGI: Sejumlah pengrajin ikan asin di Kabupaten Subang bangkrut. Hal itu disebabkan oleh mahalnya harga garam, menambah beban biaya produksi. YUGO EROSPRI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

DKUPP Upayakan Pembinaan Petani Garam

SUBANG-Sejumlah petani ikan asin di Kabupaten Subang mengalami bangkrut. Hal itu disebabkan oleh langkanya ketersediaan garam di Kabupaten Subang.

Dengan kondisi itu DKUPP ingin menyelenggarakan pembinaan bagi petani garam di Subang. Hanya saja keberadaan petani garam di Subang juga langka. Sehingga pengrajin ikan asin kebutuhan garamnya dari luar kabupatan.

Seperti halnya yang dialami Juaengsih petani ikan asin Desa Bantarsari Kecamatan Cijambe. Dirinya sudah berhenti memproduksi ikan asin, lantaran ongkos produksi semakin tinggi, karena harga garam meningkat tajam.

Baca Juga:Ambu Targetkan Penerima Biaya Iuran APBD Selesai Tahun IniGencar Sosialisasi, Sri Rahayu Berpeluang Sumbang Kursi untuk PAN dari Dapil II

“Ya gimana harga garam buat ikan asin juga mahal, saya aja sampai ga usaha lagi. Karena tidak sanggup beli garamnya, ongkos produksi bertambah sementaraa hasil tetap,” ujarnya.

Dengan kondisi inipun, Juaengsih bertanya-tanya,mengapa di Subang tidak ada petani garam. Padahal pantai utara Subang cukup panjang membentang dari Kecamatan Blanakan hingga ke Pusakanagara.

“Yang saya nggak habis pikir adalah nggak ada petani garam di kita. Jadi kalau mau beli garam harus ke kabupaten luar atau bahkan negara luar. Harusnya di Subang ada petani garam, sehingga pengrajin ikan asin akan terbantu,” tuturnya.

Kabid Perdagangan DKUPP Subang H. Nurudin mengakui bahwa sejumlah pengrajin ikan asin mengalami kebangkrutan, akibat langkanya garam, dan harus beli ke luar daerah, seperti Cirebon, Tegal dan Indramayu.

Menurut H. Nurudin dengan kondisi itu pihaknya meminta kepada masyarakat agar mau menjadi petani garam, agar perajin ikan asin bisa bangkit kembali.

“Ya pasti nantinya produk ikan asin di pasok dari kabupaten luar. Kita himbau masyaraat menjadi petani garam karena kita punya lautan,” imbuhnya.

Dijelaskan Nurudin sudah beberapa bulan ini Indonesia terus melakukan impor garam, sehingga harga garam mengalami kenaikan. Padahal menurut dia, bisa disiasati pembentukan dan pembinaan petani garam yang ada di Kabupaten Subang. Petani garam di Subang jumlah sedikit, ditambah kondisi cuaca hujan produksi garam menurun.

Baca Juga:Satu Pelajar Meninggal karena DBD, Warga Diimbau Lakukan Pola 3M+Warga Binong Dukung Putra Daerah Menuju Senayan

“Ya memang dengan impor menjadi naik nya harga garam belum lagi petani garam hanya beberapa jumlahnya di Subang. Maka dari itu harus ada pembentukan dan pelatihan menjadi petani garam di Subang,” ujarnya

0 Komentar