Pedagang Akui Minimnya Pembeli, Warung Dadakan di Pantura Sepi

Pedagang Akui Minimnya Pembeli, Warung Dadakan di Pantura Sepi
WARUNG SEPI: Warung dadakan di Jalur Pantura yang sepi dan tak seramai tahun-tahun sebelumnya. Larangan mudik dan situasi pandemi Covid-19 memberikan potret dari dampak dilapangan. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

PUSAKANAGARA-Musim mudik Lebaran merupakan hal yang ditunggu oleh masyarakat. Tidak hanya bagi pemudik, juga bagi para pedagang yang membuat warung dadakan. Subang wilayah utara, warung dadakan selalu jadi cerita penghias musim mudik.

Namun tahun ini kondisinya berbeda 180 derajat. Adanya pandemi Covid-19 serta larangan mudik, berimbas pada lesunya ekonomi. Termasuk warung dadakan yang dulu berjubel dipinggir Jalur Pantura, kini dalam setiapnya bisa dihitung dengan jari.

Seperti diutarakan Karsinah salah satu pedagang makanan di Jalur Pantura Pusakanagara tepatnya diwilayah Desa Mundusari. Ia mengakui, musum mudik kali ini sangat jauh berbeda.

Baca Juga:Mulyani Kusuma dan Ari Firman Jadi Mojang Jajaka, Grand Final Digelar Secara OnlineKerap Dikritik, Gugus Tugas Klaim Sudah Transparan

“Kalau dulu, pas mau 10 hari lebaran itu sudah ramai, tapi sekarang kondisinya sangat sulit, yang mudik itu jarang. Ada tapi tidak berhenti,” kata Karsinah.

Bahkan katanya, untuk membeli kolak hingga beras pun dari penghasilan berjualan itu sangat sulit. Sebab pemudik saat ini terbilang jarang dan sedikit. “Jarang sekarang yang mudiknya, siang juga yang datang ke warung satu dua orang saja susah perharinya,” ungkapnya.

Padahal dulu, dalam sehari, ia bisa meraup keuntungan minimal Rp150.000 hingga Rp300.000 dari berjualan makanan dan minuman di pinggir jalan.
“Kalau dulu penghasilan tuh bisa dibuat muter lagi uangnya, untuk belanja, untuk kebutuhan di rumah, sekarang susah,” ucapnya.

Sementara itu, pedagang lainnya Wasih juga menuturkan hal serupa. Meski pemudik itu tidak benar-benar tidak ada, namun kondisinya saat ini jarang yang berhenti beristirahat.
“Yang mudik ada, tapi ya tidak serame dulu dan tidka berhenti. Kalau dulu kan kadang sampe malem juga ada yang istirahat, sekarang mah jarang,” imbuhnya.

Wasih juga menyadari imbas dari Covid-19 ini menyulitkan ke seluruh bidang kehidupan. Termasuk yang kini dialaminya saat berjualan ditengah Pandemi Covid-19.

“Yang mudik susah karena dilarang, tapi uang juga tidak punya, kondisinya sama. Apalagi bantuan dari pemerintah juga belum dapat, susah sekarang,” ucapnya.

Perbedaan suasana di Pantura sangat terasa. Dimana saat memasuki H-6 keramaian pemudik sudah terlihat, hal ini berbanding terbalik dengan lengangnya Jalur Pantura meskipun sesekali ada pemudik yang terlihat melintas.

0 Komentar