Penelitian Terbaru, Orang Tidak Divaksin 11 Kali Berpeluang Meninggal karena Covid-19

Penelitian Terbaru, Orang Tidak Divaksin 11 Kali Berpeluang Meninggal karena Covid-19
DEDI SATIRA/PASUNDAN EKSPRES VAKSINASI: Sejumlah warga mulai menerima vaksin moderna di Rumah Sakit Mitra Family.
0 Komentar

PUSAT pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melakukan sebuah studi mengenai keterkaitan orang yang tidak divaksinasi dengan kemungkinan meninggal dunia apabila terinfeksi Covid-19.

Dari studi tersebut ditemukan bahwa orang yang tak divaksinasi 11 kali lebih mungkin meninggal dunia akibat Covid-19 dibandingkan dengan orang yang telah divaksinasi. Penelitian mengamati kasus infeksi corona, rawat inap, dan kematian di 13 negara bagian. “Menemukan bukti lebih lanjut tentang kekuatan vaksinasi,” ujar Direktur CDC Dr Rochelle Walensky seperti dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (11/9).

Peneliti menganalisis lebih dari 600.000 kasus corona dari April hingga pertengahan Juli, dengan status vaksinasi. Ditemukan, kelompok yang tidak divaksinasi sekitar 4,5 kali lebih mungkin tertular virus, lebih dari 10 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit, dan 11 kali lebih mungkin meninggal karena penyakit Covid-19.

Baca Juga:Islam Kaffah Kunci Kebangkitan HakikiMantap! Vaksinasi Covid-19 di Subang Tembus 26,24 Persen, Ranking 4 di Jabar

Studi ini akan dipublikasikan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report pada Jumat mendatang. Sementara itu, sebelumnya CDC pernah melakukan penelitian berdasarkan data dari 43.127 kasus corona di Los Angeles County antara Mei dan Juli. Dari penelitian itu, ditemukan orang yang tidak divaksinasi lima kali lebih mungkin tertular corona dan 29 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit.

Vaksin Masih Efektif untuk Varian Delta

Mengutip CNN, sejauh ini varian Delta menjadi jenis virus corona yang dominan. Namun, diperkirakan keseluruhan efektivitas vaksin Covid-19 masih mirip dengan yang terjadi selama sebelum varian ini menjadi dominan.

Penelitian tersebut dilakukan oleh CDC yang menganalisis ribuan kasus rawat inap Covid-19 di antara orang dewasa di 9 negara bagian antara Juni hingga Agustus, dimulai saat varian Delta menyumbang lebih dari setengah kasus berurutan di wilayah-wilayah tersebut.

Dalam studi tersebut menemukan, vaksin Moderna menjadi yang paling efektif mengurangi rawat inap. Di antara semua kelompok usia, vaksin Moderna mempunyai efektivitas sebesar 95 persen, sementara vaksin Pfizer-BioNTech dengan efektivitas 80 persen, dan vaksin Johnson & Johnson memiliki efektivitas 60 persen.

Secara keseluruhan, efektivitas vaksin lebih rendah di kelompok usia 75 tahun ke atas. Studi ini menemukan bahwa efektivitas vaksin secara keseluruhan menjadi 89 persen di antara orang dewasa di bawah usia 75 tahun, dan 76 persen untuk kelompok usia lebih dari 75 tahun.(red)

0 Komentar