Berpadunya Fenomena Geografi,Pilkada dan Covid-19, Sudah Siapkah Menghadapinya

Berpadunya Fenomena Geografi,Pilkada dan Covid-19, Sudah Siapkah Menghadapinya
0 Komentar

Oleh:
1.Arif Jauhari,SSi,MSi(Dosen Tamu F.Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
2. Drs.Priyono,MSi(Dosen dan Wakil Dekan F.Geografi UMS)

Pandemi covid-19 memberikan dampak yang luar biasa. Sendi-sendi kehidupan yang dianggap normal sebelumnya diporakporandakan oleh covid-19, yang sudah mapan diputarbalikkan bahkan aturan religipun dikalahkan demi mencegah penyebaran covid-19 sehingga manusia harus menyesuaikan dengan kondisi pandemi.

Kita dapat melihat sebelum ini, undangan acara hajatan sebelum pandemi sangat vital untuk menjaga hubungan saudara, teman atau kolega. Bila undangan hajatan ini tidak sampai, maka saudara, teman atau kolega dapat tersinggung dan terjadi disharmonisasi. Apa yang terjadi setelah ada pandemic ? seseorang tidak diundang diacara hajatan malah berucap “alhamdulillah”. Mereka bersyukur karena takut terpapar covid-19, atau memang ada alasan keuangan yang lain.

Baca Juga:BPJamsostek Serahkan BSU Gelombang TerakhirLayanan IGD dan Rawat Inap Dihentikan, Keluarga Pasien dan Nakes Swab Test

Penyesuaian atau adaptasi ini tidak terlepas dari beberapa pandangan pakar Kesehatan dunia, bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 akan selamanya ada di dunia seperti virus-virus lain yang belum ditemukan vaksinnya.

Sehingga negara menyerukan untuk malakukan “normal baru”. Masyarakat harus bersikap realistis dan hidup dalam adaptasi baru, dalam tatanan baru yang menyesuaikan dengan kondisi dan kesadaran bahwa kehidupan harus terus berjalan tetapi tetap aman dari covid-19.

Kondisi normal baru ini saat ini sedang diuji dengan semakin naiknya jumlah orang terpapar covid-19. Sejak tanggal 19 September 2020.

Data www.worldometers.info/coronavirus menunjukkan negara kita tercinta mengalami peningkatan jumlah paparan harian pada angka 4000-an. Saya tidak akan membahas kenapa angka ini bisa meningkat, tetapi saya melihat saat ini dan dalam waktu dekat ini kita juga menghadapi pergantian musim , dari kemarau musim hujan, yang secara geografi akan mempengarudi dinamikan kehidupan di bumi dan juga musim pilkada,yang mengharuskan orang berkumpul di satu titik yang menyebabkan rawan penyebaran covid, semua jadi tantangan berat, sudah siapkah dengan kondisi yang serba membahayakan ?

Fenomena geografi, fenomena covid-19 dan fenomena pemelihan pemimpin berbaur jadi satu, satu pilihan yang sangat menyulitkan.

Saat ini kita mengalami awal musim hujan yang secara musiman terlihat normal, tetapi BMKG sudah mengingatkan bahwa La Nina sudah teraktivasi di pasifik timur (siaran pers BNPB, Kamis 1/10/2020). Lebih lanjut dijelaskan bahwa “Kondisi ini dapat memicu frekuensi dan curah hujan wilayah Indonesia pada bulan-bulan ke depan, bahkan hingga April tahun depan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga potensi banjir, banjir bandang dan tanah longsor ke depan perlu diwaspadai oleh masyarakat”. Kondisi ini artinya ancaman bencana hidometeorologi sedang mengintai. Bagaimana masyarakat bersikap, tetapi masih produktif?

0 Komentar