Ingin Daring tapi Garing, Kurikulum Merdeka Non Garing?

opini
0 Komentar

Oleh :
1.Ninuk Dyah Ekowati, M.Pd.(Guru di SMAK St. Hendrikus, Surabaya)
2.Drs.Priyono,MSi (Dosen senior pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Pembelajaran Daring berlangsung sudah 2.5 tahun. Kesan dan pengalaman positif dan negatif dapat dirasakan dalam proses pembelajaran guru dan siswa. Salah satu kesan dan pengalaman positif adalah adanya dinamika teknologi yang pesat dengan berbagai menu yang mendudukung pembelajaran dalam menjelaskan materi dengan fenomena nyata dalam visualisasi yang menarik menjadikan semakin meningkatkan pemahaman karena teknologi telah mendekatkan obyek kajian secara nyata.. Guru di Indonesia harus mengikuti perkembangan pembelajaran dengan menggunakan teknologi pembelajaran yang mengglobal. Perkembangan teknologi pembelajaran ini dapat dibuktikan dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran yaitu tik tok, Instagram, youtube, whatshapp, google form, Edmodo, windows teams, dsb.

Perkembangan pembelajaran secara kreatif juga telah dikembangkan oleh guru melalui media yang digunakan yaitu powerpoint, canva, video. Penggunaan teknologi pembelajaran menjadi sebuah keniscayaan yang harus dimiliki guru sebagai jawaban dan sekaligus tuntutan atas merebaknya pandemic covid-19.

Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Rp 78 TriliunCatatan Harian Dahlan Iskan: Ninja Ginsu

Pembelajaran Daring selain memberikan nilai positif bagi perkembangan globalisasi guru juga memberikan dampak pada siswa.S survei yang dilakukan berkaitan dengan pembelajaran Daring dinyatakan bahwa siswa mengalami lingkungan pembelajaran yang nyaman dan santai serta tidak terikat oleh aturan sebesar 50%, siswa dapat mengoptimalkan waktu belajar sebesar 25%, aman dari covid 8.3%, hemat biaya transportasi 6.3%, bisa sambil bekerja 4.1%, materi mudah dicari di internet 2.1%, belajar sesuai dengan gaya belajar 2.1%, mengenal teknologi 2.1%. Namun, pembelajaran Daring juga dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa. Hal yang kurang menyenangkan tersebut yaitu menyebabkan siswa kurang focus belajar sebesar 44.8%, jaringan yang mengalami gangguan gangguan 17.2%, malas 6.9%, tidak bertemu teman 6.9%, banyaknya tugas 6.9%, mata minus 6.9%, stress 6.9%, kurang interaksi dengan guru 3.4%.

Hasil survey menunjukkan bahwa pembelajaran Daring menjadi pembelajaran yang menyenangkan karena pembelajaran Daring memberikan suasana yang santai sebesar 50%. Suasana yang santai tersebut dirasakan karena peraturan yang tidak ketat, kondisi belajar yang nyaman, sementara itu, pembelajaran Daring menjadi pembelajaran kurang menyenangkan karena pembelajaran ini dirasakan menyebabkan siswa kurang focus sebesar 40%. Kedua fakta tersebut menunjukkan hubungan yang signifikan, bahwa pembelajaran Daring memberikan suasana yang santai maka sulit bagi siswa untuk meningkatkan tingkat kefokusan dalam menerima pembelajaran. Di samping itu, banyaknya keluhan guru yang mencemaskan kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, hal ini menjadi sebuah keprihatinan bagi dunia pendidikan.

0 Komentar