Kartini: Perempuan dan Membaca

Kartini: Perempuan dan Membaca
0 Komentar

Christina Ester M Hutabarat
Alumni Pascasarjana ITB
Aktif dalam Komunitas Sosial di Bandung

Tanggal 21 April kemarin, menjadi salah satu tanggal bersejarah yang diperingati sebagai Hari Kartini. Siapa yang tidak mengenal seorang Kartini yang memiliki nama lengkap Raden Adjeng Kartini. Sosok Kartini ialah figur wanita yang didaulat sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang lebih maju.

Perjuangan Kartini dimasanya mampu membawa perubahan dari ketertinggalan yang kelam dan mencekam. Kaum perempuan tertinggal dibandingkan apa yang didapat kaum pria dimana ada kesenjangan hak dalam hal pendidikan. Setelah berpuluh-puluh tahun, akhirnya perjuangan itu berbuahkan hasil, kini perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata. Prestasi demi prestasi, mulai terukir menghiasi tanah air ditorehkan oleh kaum perempuan.

Baca Juga:685 Kotak Suara Segera Diboyong ke KPUSepakati Pleno Rekapitulasi Menyesuaikan Kondisi Cuaca

Perempuan menjadi sentralis, dimana perempuan akhirnya lebih mendominasi dalam dunia pendidikan dan pengetahuan.
Salah satu dampak yang sangat menonjol dari perjuangan Kartini, ialah lahirnya perempuan-perempuan pembawa perubahan. Lahirlah semangat yang membara dari kaum perempuan seperti menambahkan kesegaran dalam kehidupan masa sekarang dan masa depan. Perempuan pun kini tampil menjadi pemimpin negeri, pegawai, pekerja keras, pendidik, dan pencetak prestasi. Perempuan di tengah negeri membawa aroma yang menyegarkan sepanjang masa. Begitu juga perempuan di tengah keluarga. Perempuan memancarkan sinar dan pesonanya layaknya bunga segar yang tumbuh dan berkembang. Di masa sekarang kehadiran perempuan pun menjadi penentu kemajuan suatu bangsa atau bahkan keluarga. Perempuan di tengah bangsa atau keluarga kerap menjadi pemegang “kunci” dalam kestabilan masa depan baik bangsa ataupun keluarga.

Perempuan yang cerdas akan menghasilkan penerus yang juga unggul. Pernyataan tersebut sudah seperti satu konsep yang tidak asing diperdengarkan. Perempuan tampil di depan layar dan menjadi pengambil satu keputusan penting termasuk dalam bagaimana mereka mendidik anak-anak mereka. Perempuan kini menjadi teladan yang dilihat oleh anak-anak mereka. Itu sebabnya perempuan perlu untuk selalu “upgrade” diri sehingga selalu mampu menjawab setiap kebutuhan anak-anaknya. Salah satunya dengan membaca. Setiap perempuan harus memiliki minat baca yang tinggi. Bangsa dan keluarga kita membutuhkan seorang perempuan yang mampu menjadi duta baca yang aktif setiap saat. Tetapi seiring berjalannya waktu, Indonesia kini dihuni oleh masyarakat yang minim membaca. Alasannya cukup klasik, dimana membaca tidak dijadikan sebagai gaya hidup.

0 Komentar