Lika-liku Drama si Kulit Bundar di Indonesia

Lika-liku Drama si Kulit Bundar di Indonesia
0 Komentar

Oleh: Muhammad Riyanto
*) Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia/Manajemen 2018

Sepakbola merupakan olahraga peminat terbesar di dunia baik dari segi pemain maupun penonton, olahraga ini bisa kita mainkan dan dinikmati oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun dengan cara amat sederhana.

Dengan peminat penonton maupun pemain yang banyak ini pantas saja jika Sepakbola merupakan olahraga pemersatu baik di luar maupun di dalam negri, mungkin sepakbola dapat kita sebut alat pemersatu yang paling efektif yang dapat menguatkan tali persaudaraan antar bangsa.

Sebagai alat pemersatu, seharusnya sepakbola dapat kita nikmati dengan baik. Sensasi sepakbola pun tak luput sering kita temui dalam sebuah pertandingan baik itu pengeroyokan antar supporter, pelemparan bus tim sepakbola dengan batu , dan yang sedang hangat dibicarakan sekarang “Match Fixing”.

Baca Juga:KPU Ajak Pemilih Pemula Gunakan Hak SuaraDeni Setiawan: Pilkades, Berharap Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Adanya sepakbola di Indonesia menjadi sebuah harapan kita bersama untuk memanjakan penikmatnya di Indonesia. Memanjakan penontonnya dengan permainan permainan yang berkualitas dan tak luput dengan para pemain pemainnya yang berpengaruh kepada persepakbolaan di Indonesia.

Alih alih ingin menjadi persepakbolaan lebih baik, justru salah satu anggota Komite Eksekutif PSSI, Hidayat dituduh telah melakukan pengaturan skor, Manajer Madura FC, Januar Herwanto yang mengungkapkan fakta itu ketika di salah satu acara talkshow. Laga madura FC dengan PSS Sleman disebut oleh Januar yang akan diatur. Suap sebesar Rp. 100 juta – Rp. 150 juta jika Madura FC mau mengalah.

Tidak sampai disitu Mantan Runner Match Fixing, Bambang Suryo mengatakan “Ketika Zamanya La Nyala mafia dikejar kejar, tapi Zaman sekarang mafia dibiarkan” Beliau juga mengatakan ada bandar luar negeri yang ikut mengatur, Lalu mengapa yang seperti ini malah dibiarkan ? Apakah PSSI tidak mengetahui hal tersebut ? yang jelas belum ada alasan akurat kenapa hal tersebut dibiarkan.

Kasus Match Fixing sudah tidak asing lagi di ranah persepakbolaan indonesia karena sebelumnya pernah terjadi ketika laga PSS Sleman melawan PSIS Semarang di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara Minggu (26/10/2015) simpang siur kabar mengenai dalang dari Match Fixing tetapi hasilnya nihil, Lalu sejauh manakah kemajuan PSSI hingga sekarang ?

0 Komentar