Menanam Etika Politik, Menuai Demokrasi Terbaik

Menanam Etika Politik, Menuai Demokrasi Terbaik
0 Komentar

Oleh: Bagus Surya Nugraha

Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik FISIP UIN Bandung

     Langkah positif demokrasi untuk menghadirkan stabilitas merupakan suatu keinginaan yang substansial bagi rakyat. Terlebih ketika masa-masa pesta demokasi seperti sekarang ini yang cenderung sensitif. Tapi munculnya hoaks dan ujaran kebencian mengenyampingkan landasan empiris maupun logis. Tentunya tidak heran etika seperti itu sangat merugikan satu sama lain.

Mengacu paradigma kaum milenial yang mayoritas pemilih pemula pada pesta demokrasi saat ini cenderung rentan akan politik, apatisme  milenial semakin marak terjadi. Disebabkan oleh beberapa faktor yang selalu menyelimuti. Perspektif kaum milenial adalah tidak mau mengenal politik, sebab “politik itu kotor dan keji” dan salah satu faktor lagi bener-bener sengaja tidak mau memilih. Lantaran memilih paslon 1 ataupun 2 tidak ada perubahan drastis sama sekali.

Padahal suara posisi milenial sangat diperhitungkan pada pesta demokrasi sekarang ini. Berdasarkan statistik data Komisi Pemilihan Umum (KPU), bahwa jumlah milenial mencapai 70 juta-80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Artinya jelas kaum milenial menjadi tolak ukur suara yang akan memimpin negara 5 tahun kedepan.

Baca Juga:Nasib Pegawai RSUD: Tidak Dapat Tukin, Jasmed Juga Belum DibayarPegawai RSUD Merasa Dianaktirikan, Minta Tukin Segera Dicairkan

Optimisme kaum politik, akademisi berupaya menanamkan dasar-dasar etika dalam berpolitik untuk mengubah stigma-stigma negatif tentang politik. Diutarakan sebagai cara berfikir logis dalam menimbang dan menentukan arah kehidupan yang sangat baik. Sejatinya kita tidak akan pernah sadar ketika menentukan harga barang di pasar, melakukan aktivitas perkuliahan, melakukan bisnis online. Itu semua merupakan contoh sedikit dari banyaknya aktivitas politik dalam kehidupan dunia pendidikan, sosial, dan tekhnologi.

Etika dalam Berpolitik

Menurut agama Islam sudah dijelaskan secara spesifik peranan tentang Rasulullah bahwasa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak. Berbicara akhlak tentunya tentang moralitas. Berkaitan dengan perilaku baik dan buruk dalam tindakan berpolitik. Pengaplikasian dari etika ini yaitu dengan mematuhi keselarasan aturan negara mengacu pada Pancasila dan UUD 1945 dengan penuh tanggung jawab.

Pada zaman kontemporer, mulai diwarnai kedinamisan oleh tema-tema baru seperti proses-proses politik dan perilaku politik. Bersamaan makin maraknya kegiatan pengkajian terhadap politik, menjelma dan berkembang pesat sebagai ilmu pengetahuan. Karena itu lahirlah “ilmu politik”.

0 Komentar